Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duterte: AS Berlagak Bos dan Tak Punya Rasa Hormat

Kompas.com - 31/05/2019, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte masih menyimpan kegusaran kepada Amerika Serikat (AS) yang tak jadi mengirimkan senjata kepada mereka.

Dilansir ABS-CBN Jumat (31/5/2019), Duterte membandingkan AS dengan Jepang yang dianggapnya mempunyai kehormatan karena mereka memegang kata-kata mereka.

Baca juga: Duterte Beri Lampu Hijau, Perhiasan Jutaan Dollar Imelda Marcos Siap Dijual

"Ini sentimen saya kepada Amerika. Mereka berlagak bos dan suka memerintah. Bahkan letnannya sering berlagak seperti seorang jenderal," sindir Duterte.

"Karena itu, saya tidak mendengarkan mereka. Sebab mereka tak punya rasa hormat," lanjut Duterte di depan komunitas Filipina di Tokyo, Jepang, dikutip Russian Today.

Pada 2016, Kementerian Luar Negeri AS memutuskan untuk menangguhkan penjualan 26.000 pucuk senapan serbu kepada kepolisian Filipina.

Penangguhan itu muncul setelah sejumlah politisi AS khawatir dengan perang melawan narkoba yang didengungkan Duterte, dan dianggap melanggar HAM.

Pembatalan itu memaksa Digong, sapaan akrab Duterte, mencari alternatif lain dengan pilihan pembelian senjata jatuh kepada China serta Rusia.

Setelah menerima persenjataan dari dua negara tersebut, presiden 73 tahun itu mulai tertarik untuk membeli piranti militer lain seperti kapal patroli hingga kapal selam.

Tidak seperti AS, Duterte mengungkapkan China maupun Rusia bersedia untuk membantu Filipina tanpa syarat apapun setelah terjadi pengepungan Marawi di 2017.

Mantan Wali Kota Davao tersebut juga menyatakan kepada warganya di Jepang untuk mendukung Negara "Sakura" karena mereka merupakan "sekutu" yang baik.

"Jelas mereka mempunyai niat yang baik. Mereka murah hati kepada kami dan menyediakan kami dengan berbagai senjata," ucap Duterte yang disambut sorakan dari komunitas Filipina.

Meski tidak sampai memutus hubungan dengan AS, presiden berjuluk The Punisher itu acap melakukan kebijakan yang membuat Washington meradang.

Di antaranya adalah kerja sama di bidang teknis maupun militer dengan Moskwa pada 2017. Kemudian mereka menggelar latihan perang dengan China pada Oktober 2018.

Baca juga: Diancam Duterte, Kanada Bakal Ambil Sampah dari Filipina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com