Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Bohong soal Brexit, Boris Johnson Akan Hadapi Persidangan

Kompas.com - 29/05/2019, 21:28 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Reuters,AFP

LONDON, KOMPAS.com - Mantan Menteri Luar Negeri Inggris sekaligus kandidat terdepan untuk menjadi Perdana Menteri Inggris berikutnya, Boris Johnson, harus menghadapi pengadilan.

Pasalnya, dia dituduh secara sadar berbohong dalam kampanye referendum Brexit.

Diwartakan kantor berita AFP, Rabu (29/5/2019), Johnson akan dipanggil untuk hadir di pengadilan.

Baca juga: Boris Johnson Samakan Salam Adu-Hidung Maori dengan Aksi Headbutt

Dia dituding berbohong tentang Brexit, dengan mengklaim Inggris telah mengirim 350 juta poundsterling (Rp 6,3 triliun) setiap pekan ke Uni Eropa.

Jumlah pasti kontribusi Inggris secara bersih terhadap Uni Eropa menjadi slaah satu masalah terbesar selama kampanye refendum Brexit pada 2016.

Pengusaha bernama Marcus Ball telah mendanai penuntutan tersebut secara pribadi.

Melalui pengacaranya, Ball menuding Johnson telah berulang kali berbohong dan menyesatkan rakyat Inggris mengenai biaya keanggotaan Uni Eropa.

Ball menyebut mantan wali kota London itu tahu klaim semacam itu adalah bohong dan menyesatkan.

Dalam putusan tertulisnya, Hakim Distrik Margot Colemam mempertimbangkan kembali kasus tersebut.

"Terduga akan diminta untuk menghadapi pengadilan terkait pemeriksaan pendahuluan, dan kasus tersebut akan dikirim ke pengadilan negara untuk diadili," katanya.

Melansir Reuters, pengacara Johnson berpendapat kasus tersebut tidak lebih dari aksi keras oleh mereka yang menentang Brexit.

Dia menilai, ada upaya untuk memakai hukum pidana guna mengatur perdebatan politik.

"Keputusan untuk memanggil Boris Johnson itu sudah di luar batas. Bukanlah peran hukum pidana untuk mengatur pidato politik," ucap seorang sumber yang dekat dengan Johnson.

Baca juga: PM Inggris Umumkan Pengunduran Diri

"Ini bertentangan dengan tradisi politik Inggris selama berabad-abad dan berisiko merusak demokrasi kita," ujarnya.

Dalam jajak pendapat, politisi yang dikenal dengan rambut pirangnya yang acak-acakan itu jauh lebih unggul ketimbang 10 kandidat lainnya untuk menggantikan PM Inggris Theresa May.

Johnson merupakan salah satu pendukung utama Brexit dalam pemungutan suara pada 2016. Dia mundur dari kabinet setelah kesepakatan "perceraian" dengan Uni Eropa ditolak tiga kali oleh parlemen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com