DHAKA, KOMPAS.com - Pada bulan lalu, pembunuhan sadis terhadap seorang gadis Bangladesh yang melaporkan pelecehan seksual menngejutkan publik.
Nusrat Jahan Rafi disiram dengan minyak tanah dan dibakar hidup-hidup pada 6 April lalu. Dia meninggal lima hari kemudian. Kematiannya memicu kemarahan dan aksi protes di Bangladesh.
Diwartakan BBC, Rabu (29/5/2019), polisi Bangladesh menuntut 16 orang, termasuk Kepala Sekolah Sonagazi Islamia Senior Fazil Madrasah, Siraj Ud Doula.
Baca juga: Kasus Siswi Dibakar, Sekolah Diperintahkan Bentuk Komite Pencegahan Kekerasan Seksual
Pihak berwenang menyatakan, pria yang telah dijebloskan ke penjara itu memerintahkan pembunuhannya karena korban menolak kasus pelecehan seksual yang menimpanya.
Polisi menyebut persiapan pembunuhan dilakukan seperti sebuah perencanaan militer.
Kasus ini bermula ketika Rafi mengajukan laporan pelecehan seksual yang dilakukan Doula pada akhir Maret lalu, yang membuatnya dibui.
Beberapa hari kemudian, Rafi pergi ke sekolah untuk mengikuti ujian akhir. Di atap sekolah, dia dibakar oleh sekelompok orang yang mengenakan burka.
Mereka telah berencana untuk membuatnya nampak seperti aksi bunuh diri. Namun, Rafi yang menderita luka bakar hingga 80 persen dapat memberikan keterangan sebelum meninggal pada 10 April 2019.
Laporan AFP menyebutkan, Biro Investogasi Polisi Bangladesh (PBI) akan menuntut 16 orang, termasuk dua gadis yang merupakan teman sekelas Rafi.
"Mereka dijerat dengan undang-undang penindasan terhadap perempuan dan anak-anak," kata Kepala Penyelidik PBI.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.