KATHMANDU, KOMPAS.com - Ganasnya Gunung Everest telah memakan korban jiwa hingga 11 orang hingga Senin (27/5/2019), pada musim pendakian tahun ini.
Padatnya antrean menuju puncak Everest diyakini menyebabkan para pendaki gugur sebelum atau setelah mencapai titik tertinggi di dunia.
Salah satu pendaki yang selamat dari "kemacetan" Everest, Ameesha Chauhan, kini berada di rumah sakit untuk pemulihan dari penyakit radang dingin.
Baca juga: Setelah Capai Puncak, Pria AS Jadi Korban Tewas ke-11 di Gunung Everest
Dia mengatakan, pendaki tanpa keterampilan dasar seharusnya dilarang untuk naik gunung tertinggi dunia untuk mencegah terulangnya musim mematikan tahun ini.
Kurang dari dua pekan, korban keganasan Gunung Everest berjatuhan. Cuaca buruk memangkat waktu pendakian sehingga banyak orang harus antre panjang menuju puncak, meski berisiko kelelahan dan kehabisan oksigen.
Dia menilai, beberapa ratus orang yang berstatus tidak terlatih dengan baik ikut dalam perjalanan panjang menuju puncak Everest.
"Saya melihat beberapa pendaki tanpa keterampilan dasar sepenuhnya mengandalkan panduan Sherpa mereka," katanya, merujuk pada pemandu.
"Pemerintah harus memperbaiki kriteria kualifikasi," ucapnya, kepada AFP.
Semua jari kaki di kaki kirinya terlihat hitam dan biru, serta wajahnya kebas akibat terpapar cuaca dingin.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan