Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Pertaruhan Dalam Pemilihan Paruh Waktu Filipina

Kompas.com - 24/05/2019, 20:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perjuangan Filipina untuk meraih identitas nasional, kebebasan dan martabat bertumpu pada tulisan-tulisan mutiara oleh ilustrado (kaum elit berpendidikan pada era kolonial) seperti Jose Rizal, dan juga upaya berani dari tokoh yang putus sekolah seperti Andrés Bonifacio.

Dominasi Kekaisaran Manila (Maynilang Imperyal) telah diguncangkan oleh orang-orang dari daerah pedalaman seperti Davao di Mindanao. Persaingan dan rasa sakit hati yang membisikkan federalisme, belum berhasil meredam hal ini.

Setiap masa kepresidenan Macapagal dan Aquino selalu didahului atau diikuti oleh Ferdinand Marcos, Joseph “Erap” Estrada atau Duterte.

Di era Duterte, sepertinya “probinsyanos”–orang provinsi/daerah–sekarang lebih berpengaruh dari pada “manilenyos’, atau orang Manila.

Memang, hitungan survei terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar kandidat yang berpotensi menembus “Magic 12” setidaknya ‘ramah’ bagi pemerintahan Duterte.

Mengapa? Sederhana saja, karena rakyat biasa Filipina memandang Presiden Duterte sebagai bagian dari mereka, dibandingkan elit Manila yang kaya raya (bisa dibilang sebagai keturunan ilustrados) yang takut menghadapi kegilaan sang pemimpin negeri.

Franko mungkin telah berhasil menemukan pencerahan saat dia menjelaskan tujuan dirinya menjadi flagella. “Seseorang harus mempunyai hati dan niat yang murni ketika melakukan ini,” ucapnya dengan tegas.

Duterte menampung dan menyalurkan perasaan dan aspirasi dari rakyat kecil Filipina yang umumnya terabaikan—dia adalah matapang: seorang yang pemberani, gigih dan pantang menyerah. Masyarakat tahu–atau setidaknya merasakan–Duterte akan berada di sisi mereka.

Kemenangan di Pemilu Paruh Waktu untuk calon-calon pendukung Duterte tidak hanya akan memungkinkan dia untuk mendorong langkah-langkah ambisius seperti reformasi pajak, namun juga mengatur panggung untuk kemungkinan munculnya dinasti baru jika dan ketika putrinya Sara mencalonkan diri sebagai Presiden.

Mungkinkah matapang baru–entah dari probinsyanos atau (ironisnya) dari elit yang mereka singkirkan–akhirnya akan muncul menantang mereka?

Apapun yang terjadi, Filipina akan selalu bertindak dengan aturannya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com