Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Ujung Ranting hingga Tabung, Perjalanan Sikat Gigi dan Pasta Gigi Modern

Kompas.com - 22/05/2019, 20:16 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesadaran manusia mengenai kesehatan mulut dan gigi menjadikannya tertib untuk gosok gigi. Kegiatan ini telah membudaya di seluruh dunia dan menjadi rutinitas sehari-hari.

Awal mula aktivitas menggosok gigi sudah ada sejak Mesir Kuno pada 3.000 SM. Ketika itu orang Mesir Kuno menggunakan ujung ranting kecil untuk membuat sikat dan digosokkan ke gigi.

Cara ini terus berkembang, hingga akhirnya peradaban China membuat sikat dari bulu-bulu babi pada abad ke-15. Bulu-bulu itu ditempelkan pada bambu untuk pegangannya.

Ketika dibawa cari China ke Eropa, desain diubah dengan menggunakan bulu kuda yang lebih lembut dan disukai banyak orang Eropa.

Tak hanya menggunakan sikat saja, menggosok gigi juga dibarengi dengan memberikan pasta gigi ke sikatnya. Cara ini dijadmin jitu untuk merawat kesehatan gigi.

Perjalanan pasta gigi ternyata cukup panjang sebab ada sejak lama. Ketika itu orang Mesir Kuno juga sudah menggunakan ini bersamaan dengan mereka menggosokkan gigi. Bahan yang digunakan untuk membuatnya beragam dan bervariasi.

Mereka menggunakan bubuk dari abu kuku sapi yang telah dibakar dan juga kulit telur yang telah dibakar. Kedua bahan ini dikombinasikan dan dicampur batu apung.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pasta Gigi dalam Tabung Diperkenalkan

Pada masa itu, orang Mesir juga bereksperimen dengan menambahkan rasa mint ke dalam pasta gigi agar menambahkan rasa yang berbeda.

Selain Mesir Kuno, pasta gigi juga digunakan pada masa Yunani dan Romawi. Mereka menggunakan campuran dari tulang dan cangkang tiram yang dihancurkan.

Untuk menghilangkan bau mulut, Bangsa Romawi menambahkan lebih banyak bubuk arang dan kulit kayu.

Di China, kesadaran akan kesehatan lebih tinggi. Mereka mengetahui dan mengenali efek bakteri. Oleh karenanya, bangsa China mulai memasukkan garam dalam campuran pasta giginya.

Mereka juga menambahkan berbagai macam zat dalam pasta gigi dari waktu ke waktu termasuk ginseng, permen herbal, dan garam.

Pasta gigi modern

.THINKSTOCK .

Perkembangan pasta gigi yang lebih baik berawal pada 1800-an. Ketika itu, orang sudah mulai menyadari penggunaan kapur dan sirih dalam pasta gigi.

Karena ketika itu kebanyakan dijual dalam bentuk bubuk, sebuah perusahaan di Amerika Serikat membuat terobosan baru. Perusahaan di bawah naungan seorang dokter gigi bernama Washington Sheffield mengembangkan pasta gigi yang berbeda.

Pasta gigi ini dijual dalam bentuk tabung yang bisa ditutup pada bagian atasnya. Jadi jika seseorang hendak menggunakannya, dia bisa membuka sekaligus menutupnya dengan baik.

Wadah ini juga ternyata lebih dibutuhkan oleh masyarakat di Amerika. Perusahan memberikan nama produk tersebut "Dr. Sheffield’s Creme Dentifrice".

Pasta gigi dalam kemasan ini terbukti mendapat respons positif dari masyarakat. Beberapa perusahaan lain yang notabene menggunakan botol juga beralih menggunakan cara ini yang terbilang praktis.

Berasal dari sinilah, akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sampai sekarang pengemasan seperti ini masih digunakan oleh berbagai perusahaan pasta gigi.

Penggunaan sabun masih digunakan sampai 1945. Setelah itu barulah pasta gigi dibuat menjadi lebih halus agar lebih nyaman digunakan. Pasta gigi berfluoride juga diperkenalkan untuk mendukung kesehatan gigi.

Namun pada 1975, Tom's of Maine menjadi merek pasta gigi pertama yang tersedia secara komersial untuk menawarkan alternatif non-fluoride. Sekarang, pilihan pasta gigi lebih banyak tergantung sensitivitas gigi seseorang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com