ANKARA, KOMPAS.com - Turki bersikeras untuk membeli sistem rudal S-400 dari Rusia. Sebuah langkah kontroversial yang menuai sanksi dari Amerika Serikat (AS).
Turki tetap memaksakan untuk membeli sistem rudal S-400 telah membuat hubungan dengan AS sebagai sekutu mereka di NATO yang khawatir bahwa Rusia bakal memonitor teknologi mereka.
"Turki sudah bersiap menerima sanksi dari AS," kata Menteri Pertahanan Hulusi Akar dalam konferensi pers sebagaimana diberitakan AFP Rabu (22/5/2019).
Baca juga: Erdogan: Setelah Beli S-400, Turki Bakal Produksi Rudal S-500 Bersama Rusia
Akar merujuk kepada Undang-undang Menangkal Musuh AS Melalui Sanksi (CAATSA) yang melarang negara lain menjalin hubungan bisnis dengan Rusia.
Akar menuturkan selama ini Turki hanya "dimanjakan" dengan membeli peralatan militer, dan ingin lebih banyak terlibat dalam produksi gabungan dan transfer teknologi.
"Idenya adalah kami selalu membeli sementara mereka selalu memproduksi," ujar menteri berusia 61 tahun itu kepada awak media.
Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu pekan lalu (18/5/2019) menyatakan, Turki bersama Rusia bakal memproduksi sistem rudal S-500 setelah membeli S-400.
Akar mengatakan, Turki sudah mengirim sejumlah personel militer ke Rusia untuk menjalani pelatihan dengan S-400 bakal dikirim pada Juni atau Juli mendatang.
Bulan lalu, Akar menuturkan sistem yang dikenal dengan kode NATO SA-21 Growler itu bakal difungsikan untuk melindungi ibu kota Ankara serta Istanbul.
Dalam rangka untuk menentang pembelian sistem rudal itu, Washington menawarkan sistem rudal anti-pesawat Patriot pada Maret lalu.
Gedung Putih sempat menyatakan pembelian S-400 bisa mengacaukan rencana kedua negara dalam program jet tempur F-35, di mana Turki memproduksi sejumlah suku cadang.
Akar menyatakan Ankara masih mempertimbangkan penawaran Patriot. Meski begitu, dia mengaku terdapat "kelonggaran" untuk negosiasi Patriot maupun F-35.
Relasi AS dan Turki selain S-400 juga memanas setelah AS memutuskan mendukung militan Kurdi yang dianggap Ankara sebagai teroris, dan keengganan menyerahkan terduga dalang kudeta 2016.
Baca juga: AS Yakin Turki Batal Beli Sistem Rudal S-400 Rusia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.