Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Makan Sambil Duduk di Kursi, Pria Ini Dibunuh

Kompas.com - 21/05/2019, 13:44 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC

NEW DELHI, KOMPAS.com - Aroma kemarahan sekaligus ketidakberdayaan menyelimuti komunitas Dalit, di desa Kot yang terpencil di India.

Bulan lalu, sekelompok sekelompok pria berkasta lebih tinggi mengeroyok Jitendra (21) seorang pria asal komunitas Dalit.

Begitu parah luka yang diderita Jitendra sehingga pemuda itu meninggal dunia sembilan hari kemudian.

Apa salah Jitendra hingga harus kehilangan nyawa seperti itu? Dia hanya duduk dan makan di kursi di hadapan para pria itu di sebuah pesta pernikahan.

Baca juga: Mencintai Gadis Berbeda Kasta, Pemuda Ini Dipukuli Pakai Sepatu

Tak satu pun dari ratusan tamu yang hadir dalam pesta itu, termasuk seorang pemuda Dalit, mau  memberi kesaksian apa yang terjadi terhadap Jitendra pada 26 April lalu.

Khawatir akan pembalasan pelaku, para tetamu paling jauh hanya mengaku berada di pesta perkawinan itu.

Hanya polisi yang secara terbuka menjelaskan peristiwa tersebut.

Makanan yang disajikan dalam pesta itu dimasak warga yang berasal dari kasta lebih tinggi.

Sebab, sebagian besar warga di kawasan terpencil itu tidak mau menyentuh makanan yang dimasak komunitas Dalit, kasta terendah dalam agama Hindu.

"Perkelahian terjadi saat makanan disajikan. Kontroversi muncul terkait siapa yang boleh duduk di kursi," kata perwira polisi Ashok Kumar.

Dalit, dulu disebut sebagai "yang tak boleh disentuh", sudah lama mengalami penindasan dari warga dengan kasta yang lebih tinggi.

Komunitas Dalit masih terus mengalami kekerasan di seluruh India dan upaya untuk mengangkat komunitas ini secara sosial selalu digagalkan.

Sebagai contoh, empat prosesi pernikahan komunitas Dalit di negara bagian Gujarat diserang warga dalam pekan pertama Mei.

Masih kerap ditemukan laporan seorang anggota komunitas Dalit diancam, dipukuli, bahkan dibunuh karena sebab yang amat sepele.

Budaya semacam ini amat jelas terlihat termasuk di desa Kot yang berada di kawasan pegunungan negara bagian Uttarakhand.

Jitendra, ujar beberapa orang, meninggalkan pesta pernikahan itu sambil menangis. Namun, di tengah jalan disergap dan diserang lagi dengan lebih brutal.

Ibu Jitendra, Geeta Devi menemukan putranya terkapar tak berdaya di luar rumahnya keesokan harinya.

"Dia mungkin tergeletak di sana sepanjang malam. Di tubuhnya ada memar dan luka. Dia mencoba bicara tetapi tidak bisa," ujar Geeta.

Geeta tak tahu siapa yang meninggalkan anaknya tergeletak begitu saja di luar rumah. Satu hal yang pasti, Jitendra meninggal dunia sembilan hari kemudian.

Kematian Jitendra menjadi tragedi ganda bagi Geeta yang ditinggal mati suaminya lima tahun lalu.

Sejak suaminya meninggal, Jitendra yang berprofesi sebagai tukang kayu menjadi tulang punggung keluarga dan harus berhenti sekolah untuk bekerja.

Baca juga: Kasta, Kepercayaan, dan Konflik di Balik Perpolitikan India

Keluarga dan teman-temannya, menggambarkan Jitendra sebagai sosok pendiam yang tak banyak bicara.

Keluarga Jitendra menuntut keadilan, tetapi tak banyak mendapat dukungan dari komunitasnya sendiri.

"Ada ketakutan. Keluarga ini tingga di kawasan terpencil. Mereka tak punya tanah dan rapuh secara ekonomi," kata aktivis Dalit, Jabar Singh Verma.

"Di desa-desa sekitar, komunitas Dalit kalah jumlah dibanding warga dari kasta yang lebih tinggi," tambah Jabar.

Dari 50 keluarga yang tinggal di desa Kot, hanya 12 atau 13 keluarga yang merupakan anggota komunitas Dalit.

Polisi sejauh ini sudah menangkap tujuh orang terkait dengan kematian Jitendra. Namun, semuanya membantah terlibat pembunuhan itu.

"Ini konspirasi terhadap keluarga kami. Mengapa ayah saya harus menggunakan cercaan kasta dalam pernikahan Dalit?" ujar seorang perempuan yang ayah, kakak, dan pamannya ikut ditangkap polisi.

"Dia (Jitendra) pasti malu karena dipukuli dan menelan puluhan pil yang berujung kematiannya," ujar seorang pria dari kasta lebih tinggi.

Namun, warga Dalit di desa itu, yang marah akibat kematian Jitendra, membantah tuduhan tersebut.

Mereka mengatakan, Jitendra memang menderita epilepsi tetapi menegaskan pemuda itu tak mungkin mengalami overdosis obat.

Meski marah, sebagian besar  keluarga Dalit di desa Kot lebih memilih diam.

"Ini disebabkan karena secara ekonomi mereka bergantung kepada warga dengan kasta lebih tinggi," kata seorang aktivis, Daulat Kunwar.

"Sebagian besar warga Dalit tak punya tanah. Mereka bekerja di ladang milik warga kaya dari kasta lebih tinggi. Mereka tahu konsekuensinya jika melawan," tambah dia.

Keluarga Jitendra sudah mengalami konsekuensinya. Geeta Devi mengatakan, mereka ditekan agar tidak menyampaikan kebenaran.

Baca juga: Cintai Pria Beda Kasta, Gadis Ini Dibunuh Ayah Kandungnya

"Beberapa orang datang ke kediaman kami dan berusaha menakut-nakuti kami. Tak ada yang mendukung kami, tetapi saya tidak akan menyerah untuk mendapatkan keadilan," Geeta menegaskan.

Warga Dalit berujumlah 19 persen dari seluruh penduduk Uttarakhand dan kekerasan terhadap Dalit memiliki catatan panjang di negara bagian ini.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com