Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Perintahkan Penangkapan 249 Staf Kemenlu Terkait Kudeta

Kompas.com - 20/05/2019, 16:29 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Reuters

ANKARA, KOMPAS.com - Otoritas Turki memerintahkan penangkapan staf Kementerian Luar Negeri atas dugaan terkait dengan jaringan ulama berbasis di AS yang dituduh mengatur upaya kudeta pada 2016.

Melansir dari Reuters, Senin (20/5/2019), pihak berwenang telah melakukan operasi rutin terhadap para pengikuti Fethullah Gulen.

Gulen telah hidup dalam pengasingan di Pennsylvania, AS, sejak 1999. Kemudian, dia tetap berada di negara itu setelah upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016. Namun, Gulen menyangkal berbagai tudingan yang diarahkan kepadanya.

Kantor kepala jaksa penuntut di Turki menyatakan, telah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap 249 staf Kemenlu.

Baca juga: Pengamat: Turki Jadi Jalur Teroris Indonesia ke Suriah

Keputusan itu menyusul temuan penyimpangan dalam ujian masuk ke kementerian sebelumnya.

Sebanyak 78 tersangka telah ditahan sejauh ini dalam operasi yang digelar di 43 provinsi. Kini, polisi masih memburu sisanya.

Lebih dari 77.000 orang telah dipenjara sambil menunggu persidangan, sementara 150.000 pegawai negeri sipil, personel militer, dan lainnya telah dipecat atau diitangguhkan dari pekerjaan mereka.

Mereka ditangkap sebagai bagian dari langkah "pembersihan" pascakudeta.

Kelompok Hask Asasi Manusia dan sekutu Barat Turki menyuarakan keprihatinan atas tindakan keras negara tersebut.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memanfaatkan kudeta yang gagal itu sebagai alasan untuk meredam perbedaan pendapat.

Pemerintah menilai perlu langkah keamanan karena besarnya ancaman yang dihadapi Turki.

Sementara, Presiden AS Donald Trump pada November 2018 menyatakan tidak berencana untuk mengekstradisi Gulen.

Baca juga: Erdogan: Setelah Beli S-400, Turki Bakal Produksi Rudal S-500 Bersama Rusia

Hal tersebut terkait dengan usaha membujuk Turki untuk mengurangi tekanan terhadap Arab Saudi atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.

"Itu tidak sedang dipertimbangkan," ucap Trump.

Trump mengaku jika memiliki hubungan baik dengan Erdogan.

"Dia merupakan kawan saya. Dia seorang pria kuat, tangguh, dan cerdas. Jadi apa pun yang bisa kita lakukan, kita lakukan. Tapi pada titik ini? Tidak," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com