Ketegangan tersebut terjadi setelah Presiden Rouhani mengumumkan negaranya bakal mundur dari sebagian ketentuan perjannjian nuklir 2015, dikenal juga dengan JCPOA.
Badan Atom Dunia (IAEA) yang memonitor setiap program nuklir negara telah mengatakan bahwa Iran mematuhi perjanjian yang terjadi di era Presiden Barack Obama itu.
Namun pada Mei 2018, Trump mengumumkan bahwa mereka keluar setelah menyebut JCPOA sebagai perjanjian terburuk dalam sejarah, dan mengumukan sanksi tambahan.
Tack berkata situasi saat ini bakal tergantung tindakan AS yang menghentikan JCPOA untuk mendominasi Iran dan memaksa mereka melakukan konsesi," terangnya.
Jika nantinya kesepakatan tak kunjung dicapai, Tack menuturkan Washington bisa saja bakal kembali ke opsi militer demi mendapatkan tujuan mereka.
Baca juga: Komandan Garda Revolusi Iran: Kami Ingin Damai tapi Kami Tak Takut jika Perang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.