NEW DELHI, KOMPAS.com - India baru saja menyelesaikan pemilihan umum maraton yang diyakini paling sengit dalam beberapa dekade.
Pemungutan suara yang berakhir pada Minggu (19/5/2019) akan memutuskan apakah Perdana Menteri Narendra Modi akan meraih jabatan periode kedua.
Melansir dari kantor berita AFP, beberapa jajak pendapat awal yang dirilis oleh media India menyebutkan, Partai sayap kanan milik Modi, Partai Bharatiya Janata (BJP) akan kehilangan kursi.
Meski demikian, koalisinya masih akan mengamankan suara mayoritas dari 542 kursi yang diperebutkan.
Baca juga: Pegangan Sepeda Motor Ada Dalam Rahim Perempuan di India Selama 2 Tahun
Sementara partai oposisi Kongres diperkirakan akan menggandakan perolehan semenjak 2014 dari 42 kursi. Sebagai catatan, jajak pendapat di India tidak dapat diandalkan karena menambah kegelisahan politik.
BJP dan para pesaingnya saling meuduh satu sama lain telah menggunakan kekerasan, penipuan, dan intimidasi dalam pemilu kali ini.
Bahkan sebuah bom dilemparkan ke salah satu tempat pemungutan suara di Kolkata.
Di negara bagian Madhya Pradesh, seorang staf BJP diduga ditembak mati oleh pejabat Kongres di distrik Indore sebelum pemilu ditutup.
Oposisi yang dipimpin Kongres dan diketuai oleh Rahul Gandhi menuding Modi mengejar kebijakan yang memecah belah, mengabaikan ekonomi, dan menyebabkan petani berada dalam kehancuran.
Modi dan Gandhi saling menghina setiap hari. PM Modi menyebut saingannya sebagai "orang bodoh", sementara Gandhi mencemooh Modi sebagai "pencuri".
Sekitar 65 persen dari 900 juta pemilih di India selama enam pekan mengunjungi TPS. Sementara masih ada tiga hari ke depan yang menegangkan sampai penghitungan resmi dimulai.
Jajak pendapat setelah putaran final menyebutkan, BJP dan koalisinya bakal mendapat perolehan kursi yang cukup untuk membentuk pemerintahan baru.
Juru bicara Kongres Sanjay Jha menolak prediksi tersebut. Dia mengklaim partainya akan mengalahkan BJP ketika suara dihitung pada 23 Mei mendatang.
"Banyak lembaga survei, jika tidak semua lembaga survei melakukan kesalahan," katanya, seperti dikutip dari Reuters.
I don’t trust Exit Poll gossip. The game plan is to manipulate or replace thousands of EVMs through this gossip. I appeal to all Opposition parties to be united, strong and bold. We will fight this battle together
— Mamata Banerjee (@MamataOfficial) 19 Mei 2019
Kepala Menteri Negara Bagian Bengal Barat Mamata Banerjee mengatakan pertarungan belum berakhir.
Baca juga: Remaja 14 Tahun di India Diperkosa 3 Pria Setelah Dijual Keluarganya Rp 30 Juta
"Saya tidak percaya dengan gosip jajak pendapat," kicaunya di Twitter.
"Saya mengimbau semua partai oposisi untuk bersatu, kuat, dan berani. Kami akan bertarung bersama," imbuhnya.
Seperti diketahui, pemilu India dimulai pada 11 April lalu dan berakhir pada Minggu (19/5/2019) menjadi praktik demokrasi terbesar di dunia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.