Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Tsar Nicholas II, Kaisar Terakhir Rusia

Kompas.com - 17/05/2019, 22:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

3. Serangan Jepang
Kebijakan luar negeri yang utama bagi Nicholas di awal kekuasaannya adalah mempertahankan status quo Rusia di Eropa daripada mencoba menjajah daerah baru.

Namun pada 1890-an ketika ekonomi Rusia tengah bertumbuh pesat, mereka mulai mengembangka industri ke Timur Jauh dengan membangun jalur kereta Trans Siberia.

Pembangunan yang tujuannya menghubungkan Rusia dengan Pesisir Pasifik itu rupanya membuat Jepang merasa tak nyaman karena eksistensi mereka terancam.

Baca juga: 100 Tahun Berselang, Eksekusi Tsar Nicholas II Masih Sisakan Misteri

Puncaknya pada 8 Februari 1904, Kekaisaran Jepang mendeklarasikan perang dengan melakukan serangan mendadak terhadap Armada Timur Jauh yang bermarkas di Port Arthur.

Dengan Armada Timur terperangkap di Port Arthur, satu-satunya peluang Rusia adalah mengerahkan Armada Baltik Baltik yang jaraknya separuh Bumi.

Keputusan pun dibuat dengan memberangkatkan armada itu selama sembilan. Namun, Kerajaan Inggris tak mengizinkan Rusia melewati Kanal Suez karena London bersahabat dengan Jepang.

Akhirnya 1,5 tahun kemudian tepatnya pada 5 September 1905, Perjanjian Portsmouth pun ditandatangani di mana Rusia menyerahkan Guandong dan Jepang mengumumkan kemenangan.

Baca juga: Dokumen KGB Diyakini Ungkap Lokasi Harta Tsar Nicholas II

4. Peristiwa Bloody Sunday
Pada 5 Januari 1905, pendeta sekaligus pemimpin buruh Bapa Georgy Gapon memimpin demonstrasi damai dengan mendesak Nicholas II untuk meningkatkan taraf hidup.

Namun, aksi unjuk rasa itu malah dihadapi oleh pasukan bersenjata Rusia di Saint Petersburg pada 9 Januari dengan menembaki para pengunjuk rasa.

Insiden itu menewaskan sekitar 234 orang. Peristiwa tersebut membangkitkan amarah dari semua kalangan pekerja di seantero Rusia, termasuk juga petani.

Petani yang bersimpati dengan para pekerja kemudian memberikan perlawanan kepada pemerintah. Aksi kekerasan pun terjadi di seluruh negeri dan berujung kepada Revolusi 1905.

Meski meyakini dia merupakan pemimpin yang dipilih Tuhan, Nicholas terpaksa berkompromi dengan membentuk dewan pemerintahan yang kini dikenal sebagai Duma.

Meski sudah melakukan konsesi, Nicholas masih keras kepala untuk menentang segala bentuk reformasi. Termasuk yang disarankan oleh Menteri Dalam Negeri Peter Stolypin.

Baca juga: Tsar, Simau Super-langka yang Lahir di Rostov-on-Don Rusia

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com