KOMPAS.com - Rasa ingin tahu merupakan alasan utama manusia bertualang. Berbagai cara juga dilakukan manusia dalam bertualang, baik itu menempuh perjalanan darat serta menjelajahi lautan.
Seorang etnolog asal Norwegia, Thor Heyerdahl, mengarungi lautan menggunakan kapal layar berbahan tanaman papirus. Ide gila ini dilakukannya pada 49 tahun yang lalu, tepatnya pada 17 Mei 1970.
Dilansir dari History, Heyerdahl menggunakan kapal yang didesain sesuai dengan model kapal layar Mesir kuno yang diberi nama Ra II. Kapal ini berangkat dari Maroko melewati Samudra Atlantik menuju Amerika Tengah dan Selatan.
Dia ingin membuktikan kepada dunia mengenai kebudayaan yang ada di Amerika Tengah dan Selatan merupakan akulturasi dari budaya Mediterania. Selain itu, dia juga ingin membuktikan bahwa orang Mesir kuno adalah yang pertama berlayar ke Amerika.
Kapal Ra II melintasi 6.437 kilometer dan sampai ke Kepulauan Bardabos (perbatasan Laut Karibia dan Samudra Atlantik) selama 57 hari.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Senapan Mesin Pertama di Dunia Dipatenkan
Thor Heyerdahl lahir pada 6 November 1914 di Larvik, Norwegia. Awalnya dia mempelajari mengenai dunia hewan dan geografi di Universitas Oslo. Namun, setelah lulus ia menginginkan fokus petualangan.
Pada 1936, ia bepergian dengan istrinya ke Kepulauan Marquesas, Polinesia untuk mempelajari flora dan fauna di kepulauan Pasifik yang terpencil.
Ia menjadi terpesona dengan flora dan fauna di tempat tersebut. Muncul banyak pertanyaan terhadap perjalan, ini yakni mengenai pembentukan Polinesia dan orang yang mendiaminya. Pendapat waktu itu baru sebatas orang-orang pelaut kuno di Asia Tenggara mendiami Polinesia.
Namun, karena angin dan arus di Pasifik umumnya berjalan dari timur ke barat dan karena tanaman Amerika Selatan seperti ubi jalar telah ditemukan di Polinesia, Heyerdahl menduga bahwa beberapa orang Polinesia mungkin berasal dari Amerika Selatan.
Untuk menguji teorinya ini, ia menuju Amerika Selatan dan mambuat kapal dari kayu balsa Ekuador. Kapal ini diberinama Kon-Tiki dan memulai perjalanan dari Callao, Peru pada April 1947.
Kapal itu melintasi 8.046 kilometer dan tiba di Polinesia setelah 101 hari perjalanan. Hasil dari penelitan itu akhirnya dibukukan dengan judul Kon-Tiki. Ada juga film dokumenter dengan nama yang sama.
Pada 1952, film tersebut mendapatkan Piala Oscar sebagai film dokumenter terbaik.
Baca juga: 21 Januari 1954, Kapal Selam Nuklir Pertama Dunia Mulai Beroperasi
Berawal dari penelitiannya ini, Heyerdahl kemudian menjadi tertarik pada kemungkinan kontak budaya antara orang-orang Afrika awal dan Amerika Tengah dan Selatan.
Yang menjadi pandangannya adalah kesamaan budaya tertentu, seperti bangunan piramida yang hampir sama antara Mesir dan Meksiko Kuno.