Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Mehmed VI, Sultan Terakhir Ottoman Turki

Kompas.com - 16/05/2019, 21:43 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Mehmed Vahideddin, atau dikenal sebagai Mehmed VI, merupakan sultan terakhir Ottoman Turki yang berkuasa pada 4 Juli 1918 hingga 1 November 1922.

Dia merupakan sultan ke-36 Ottoman hingga kesultanan itu dibubarkan selepas kekalahan di Perang Dunia I dan menjadi Republik Turki pada 29 Oktober 1923.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari Sultan Mehmed VI yang kemudian dimakamkan di Damaskus, Suriah, itu.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki

1. Masa Kecil
Mehmed VI lahir di Istana Dolmabahce, Konstantinopel (kini Istanbul), pada 14 Januari 1861, dan merupakan putra dari Sultan Abdulmejid I serta Ratu Gulustu Hanim.

Dia menjadi Putra Mahkota setelah anak Sultan Abdulaziz, Pangeran Sehzade Yusuf Izzedin, bunuh diri pada 1916, dan naik takhta menggantikan kakaknya, Sultan Mehmed V.

Sebelum dia berkuasa, sebelumnya Mehmed V yang menjalin hubungan akrab dengan Kekaisaran Jerman menyatakan perang terhadap Sekutu pada November 1914.

Saat itu, Mehmed V yang juga adalah Khalifah menyerukan kepada seluruh Muslim untuk mendukungnya. Namun, kampanye militer Mehmed V mengalami kegagalan.

Di ambang kekalahan, Mehmed V kemudian mengirimkan utusan serta tahanan perang Inggris kepada Sekutu untuk meminta perdamaian. Namun, dia hanya mendapat tawaran gencatan senjata.

Baca juga: Lahir di Zaman Ottoman, Pria Lebanon Ini Sudah Berusia 125 Tahun

2. Berkuasa di Tengah Kekalahan Perang Dunia I
Mehmed VI pun berkuasa setelah Mehmed V meninggal pada 3 Juli 1918. Saat itu, Ottoman Turki sudah kalah dan sejumlah daerah kekuasaannya menjadi rebutan Sekutu.

Dalam Konferensi San Remo pada April 1920, Perancis mendapat bagian di Suriah, kemudian Inggris menerima mandat atas salah satu daerah, Palestina ataukah Mesopotamia.

Pada 10 Agustus 1920, utusan Mehmed VI menandatangani Perjanjian Sevres berisi pengakuan atas mandat daerah yang diberikan sekaligus mengakui Hejaz sebagai daerah merdeka.

Sebelumnya ketika Gencatan Senjata Mudros terjadi pada 30 Oktober 1918, Komite Persatuan dan Progres (CUP) bubar dengan para pemimpinnya melarikan diri.

Mehmed VI yang ingin melanggengkan Dinasti Ottoman sekaligus menentang kekuatan nasionalis langsung membubarkan parlemen pada 21 Desember 1918.

Namun pasca-Perjanjian Sevres yang makin mengerdilkan kekuasaan Ottoman, sebuah pemerintahan baru bernama Dewan Nasional Tertinggi Turki dipimpin Mustafa Kemal Ataturk berdiri pada 23 April 1920.

Pemerintahan yang berbasis di Angora (sekarang Ankara) menolak kekuasaan Mehmed VI dan Suleyman Sefik Pasha yang ditugaskan melawan Pergerakan Nasional Turki.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com