Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diserang Singa dari Dalam Kandang, Gadis Usia 4 Tahun Kritis

Kompas.com - 16/05/2019, 14:42 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

HEILBRON, KOMPAS.com - Seorang anak perempuan yang baru berusia empat tahun mengalami luka parah, setelah kulit kepalanya robek setelah dicakar oleh seekor singa betina.

Insiden mengerikan itu terjadi di penangkaran singa Weltevrede di kota Heilbron, Afrika Selatan, pada Minggu (12/5/2019) lalu.

Korban yang bernama Dina-Marie de Beer sedang digendong oleh sang ayah, Pieter, di dekat kandang seekor singa saat tiba-tiba hewan itu meraih keduanya menggunakan cakarnya melalui jeruji kandang.

Sang ayah mengalami luka ringan, namun gadis kecil itu kritis setelah cakar singa menembus tengkorak dan merobek kulit kepalanya. Demikian dilaporkan Netwerk 24, dikutip The Independent.

Gadis kecil itu kini dirawat di Rumah Sakit Netcare Union di Alberton dan sedang dalam keadaan koma.

Baca juga: Belai Seekor Singa Betina, Pria Ini Alami Hal Fatal

Keluarga asal Pretoria itu dilaporkan mengunjungi tempat penangkaran singa itu dalam perjalanan pulang dari liburan. Mereka singgah ke tempat penangkaran agar putri mereka bisa melihat anak singa dari dekat.

Seorang pemandu wisata di tempat penangkaran telah mengkonfirmasi insiden itu saat dihubungi The Independent. Menurutnya, sang ayah berdiri terlalu dekat dengan pagar pembatas kandang singa.

Ini bukan kali pertama insiden penyerangan terjadi oleh singa dari dalam kandang di penangkaran. Dilaporkan Netwerk24, pekan sebelumnya seorang laki-laki juga terluka setelah dicakar singa dari dalam kandang.

Pada 2010 silam, dua perempuan bersaudara menderita luka gigitan saat diserang singa di Penangkaran Singa Weltevreden.

Pemilik penangkaran, Nico Roets mengatakan, singa-singa itu merupakan hewan liar dan berbahaya. "Kadang-kadang mereka bermain sedikit kasar," ujarnya.

Penangkaran singa telah lama menuai kritik karena dianggap hanya sebagai kedok untuk perburuan maupun perdagangan tulang singa.

Sementara turis berdatangan untuk berfoto, memberi minum melalui botol susu, bahkan menyentuh singa, tanpa mengetahui jika kucing-kucing besar itu berperilaku seperti di alam liar.

Baca juga: Berniat Cari Cula Badak, Seorang Pemburu Gelap Malah Dimakan Singa

Sebuah data menunjukkan ada hingga 8.000 ekor singa liar di 260 tempat penangkaran di Afrika Selatan. Angka itu jauh melebihi jumlah singa di alam liar yang kurang dari 3.000 ekor.

Audrey Delsink, juru bicara Humane Society International, mengatakan kepada The Independent, bahwa insiden mengerikan ini adalah momen bagi pemerintah Afrika Selatan untuk menutup industri penangkaran singa di negara itu.

"Pemerintah Afrika Selatan untuk melindungi, baik orang-orang dari mengekspos diri mereka terhadap potensi bahaya, maupun ribuan singa yang ditawan dalam kondisi menyedihkan di mana mereka dimanfaatkan untuk mendatangkan turis," ujar Delsink.

Dia menambahkan, di seluruh penjuru Afrika Selatan telah terjadi 40 kasus insiden penyerangan singa di dalam penangkaran, dengan 28 korban mengalami luka-luka dan 12 orang meninggal.

"Dengan kecaman global yang meningkat terhadap industri penangkaran singa dan peringatan akan semakin banyaknya kasus serangan, pemerintah Afrika Selatan tidak bisa lagi mendukung industri ini dan menutup mata terhadap apa yang dialami orang-orang maupun hewan-hewan itu."

"Penutupan total untuk industri yang kejam dan eksploitatif ini sudah lama tertunda," ujarnya.

Baca juga: Pria Ceko Tewas Diserang Singa Jantan Peliharaannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com