Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geram Pemerkosaan Balita, Warga India Kashmir Tuntut Pelaku Digantung

Kompas.com - 14/05/2019, 11:27 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Reuters

SRINAGAR, KOMPAS.com - Ribuan warga Kashmir yang dikuasai India menggelar aksi unjuk rasa pada Senin (13/5/2019).

Mereka menuntut hukuman mati bagi seorang pria yang memperkosa anak perempuan usia tiga tahun. Warga geram dengan meningkatnya kekerasan seksual.

Puluhan orang terluka, sebagian besar merupakan polisi, ketika petugas menembakkan gas air mata dan menggunakan tongkat untuk membubarkan demonstran.

Baca juga: Mengaku Dijual dan Diperkosa, Perempuan di India Nekat Bakar Diri

Para pengunjuk rasa melempar batu dan memblokir sebagaian jalan raya.

Peristiwa pemerkosaan itu terjadi beberapa pekan setelah seorang gadis bunuh diri karena berulang kali diperkosa ayahnya sendiri.

Melansir Reuters, pertokoan, bisnis, dan sekolah tutup di seluruh wilayah sebagai tanggapan atas seruan aksi mogok oleh ulama separatis Moulana Masoor Abbas untuk memprotes pemerkosaan.

"Kami menyerukan mogok kerja hari ini untuk membuat orang sadar tentang meningkatnya insiden pemerkosaan di lembah," katanya.

"Kami menginginkan keadilan bagi korban," imbuhnya.

Insiden pemerkosaan berawal ketika seorang anak balita dibujuk pergi ke sebuah sekolah kosong oleh tetangganya.

Kemudian dia diperkosa pada Rabu lalu. Sang ibu mencarinya dan mengikuti suara teriakan putrinya.

Ibu tersebut menemukan anaknya dalam kondisi berdarah di kamar mandi. Satu orang telah ditangkap atas kasus tersebut.

Baca juga: ISIS Klaim Telah Mendirikan Provinsi di India

Beberapa pengunjuk rasa mengaku tidak percaya lagi dengan pihak berwenang dalam menjaga perempuan.

"Jika pelaku kejahatan seperti itu digantung, maka insiden semacam itu bisa menurun," kata seorang warga, Nafia Khursheed.

Otoritas meminta demonstran untuk tenang, yang kemudian diikuti janji para ulama melakukan khotbah Ramadhan yang berisi penghormatan terhadap hak-hak perempuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com