Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penggunaan Masker dalam Perang, Bermula Setelah Jerman Gunakan Gas Beracun

Kompas.com - 10/05/2019, 14:46 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan senjata kimia dalam peperangan memang sangat kejam, namun oleh militer penggunanya kerap dianggap efektif. Salah satunya adalah penggunaan gas beracun yang digunakan selama Perang Dunia I.

Pada April 1915, Jerman tercatat beberapa kali menggunakan gas beracun untuk menyerang pasukan Sekutu di perbatasan Belgia. Walau belum efektif karena bergantung pada topografi dan arah angin, beberapa pasukan Sekutu mulai kewalahan.

Satu-satunya perlindungan prajurit ketika itu adalah dengan bernapas menggunakan sapu tangan atau kain yang sebelumnya telah direndam dalam urine.

Komandan pasukan Sekutu mulai menyadari hal ini, kemudian mendesak dan melaporkan kepada atasannya untuk bisa membuat alat yang mampu melindungi tentara dari serangan gas beracun.

Langkah ini kemudian segera direalisasikan dengan pengembangan masker gas pertama pada 10 Mei 1915 yang dibuat Kapten Cluny Macpherson, Kepala Petugas Medis dari Resimen Newfoundland.

Dia mengembangkan masker itu dari helm yang diambil dari tahanan Jerman yang tertangkap. Macpherson menambahkan tuduh atau penutup kanvas dengan tabung pernapasan.

Masker gas ini mampu menangkal klorin dan gas beracun lain dalam peperangan. Setelah beberapa kali perbaikan, masker gas Macpherson menjadi masker gas pertama yang digunakan oleh tentara Inggris.

Penemuan masker gas ini terbukti penting dalam Perang Dunia I untuk melindungi tentara yang tak terhitung jumlahnya dari kebutaan, cacat, atau cedera pada tenggorokan dan paru-paru mereka.

Baca juga: Inilah 5 Senjata Kimia Paling Berbahaya di Dunia

Awal karir MacPherson

Cluny MacPhersonMemorial Universsity of Newfoundland Cluny MacPherson

Cluny MacPherson lahir di Saint John's, Newfoundland pada 18 Maret 1879. Dia menyelesaikan pendidikan awalnya di Methodist College di Saint John's dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas McGill di Montréal. Di sana, Macpherson memperoleh gelar dalam bidang kedokteran.

Setelah lulus mendapatkan ilmu bidang kedokteran, dia mulai berpindah lokasi untuk mengabdikan ilmunya. Pada 1904, akhirnya dia kembali ke Saint John's untuk memulai praktik pribadi.

Selain sektor medis dia juga tergabung dalam asosiasi ambulans yang mengarah terbentuknya Brigade Ambulans Saint John's dengan tiga divisi.

Ketika Perang Dunia I pecah, anggota brigade ini terdaftar di Resimen Newfoundland. Macpherson mengorganisasi orang-orang ini menjadi Unit Ambulans, yang berlanjut sepanjang perang. Dia juga mengoordinasi tim medis selama perang.

Walaupun dokter, MacPherson juga memiliki pangkat Kapten dalam militer. Dia juga diangkat sebagai Kepala Staf Medis Resimen Newfoundland. Kariernya mengharuskan ke luar negeri untuk membantu Sekutu dalam berperang.

Dari Perancis, Belgia dan Mesir hingga akhirnya dia berlabuh di Gallipoli untuk bertindak sebagai penasihat dan ahli dalam gas beracun.

Baca juga: 8 Pesawat yang Dianggap Buruk Saat Perang Dunia II

Jerman yang berada satu langkah di depan Sekutu dalam pengembangan gas beracun menjadikan MacPherson memutar otaknya untuk menciptakan masker.

Pada 1916, Macpherson kembali ke Newfoundland dan kembali melayani medis. Dia diangkat menjadi anggota komite terkait gas beracun dan direktur layanan medis untuk Newfoundland selama Perang Dunia.

Dia pensiun dari dinas militer dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel, namun masih melayani medis setelah itu. MacPherson juga mendapatkan penghargaan atas penemuannya.

Kini masker buatannya banyak digunakan oleh petugas pemadam kebakaran, tentara hingga perusahaan manufaktur di dunia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com