Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Gadis Sampah", Dirisak karena Pungut Sampah tapi Dapat Penghargaan

Kompas.com - 06/05/2019, 21:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang siswi di Inggris bernama Nadia Sparkes (13) menjadi obyek perisakan atau bullying oleh teman-temannya yang memberinya nama "gadis sampah".

Anehnya, julukan ini diberikan karena perbuatan positif yang dilakukan Nadia. Dia kerap mengambil sampah dalam perjalanannya menuju dan dari sekolah.

Dilansir dari Independent, sejak 2017 Nadia berangkat ke sekolah satu jam lebih awal setiap harinya untuk mengumpulkan sampah dan menaruhnya di keranjang sepedanya.

Selain itu, dalam perjalanan pulang sekolah pun Nadia telah mengumpulkan lebih dari 3.000 liter sampah dengan bersepeda. Atas aksinya membersihkan sampah ini, Nadia pun kini diikuti 4.000 orang di media sosial.

Meski kerap mendapat aksi bullying dari temannya, namun sejumlah remaja yang peduli lingkungan di Inggris merangkul Nadia atau "Si Gadis Sampah" ini dalam kampanye membersihkan dunia. Gerakan ini diadopsi dan dipimpin oleh organisasi hijau terkemuka seperti WWF, Greenpeace, dan Keep Britain Tidy.

Namun, ada laporan dari ibunya bahwa polisi terpaksa melakukan intervensi atas bullying yang dialami Nadia bulan lalu. Sebab, Nadia pernah mendapatkan ancaman todongan pisau, bahkan ditinju di sekolahnya.

Baca juga: Mengapa Banyak Remaja Unggah Video Bullying di Medsos?

Ibu Nadia, Paula Sparkes, menyampaikan kepada BBC peristiwa kekerasan itu dialami Nadia musim lalu. Menurut Paula, saat itu Nadia sedang duduk di dalam kelas, hingga kemudian sebuah jus jerus dilemparkan tepat mengenai mukanya.

Peristiwa ini berlanjut dengan insiden pengejaran bahkan pemukulan. Atas insiden yang terjadi, pihak sekolah tidak berbuat sesuatu yang dinilai Paula adil.

Melihat perlakuan tidak adil ini, Paula pun memindahkan Nadia untuk bersekolah di tempat lain.

"Staf sekolah tidak berada di pihak anak saya untuk menolong dan mendukung dia. Kami merasa hal itu tidak pantas baginya untuk tetap ada di sekolah itu," ujar Paula.

Polisi Norfolk menyampaikan bahwa petugas kepolisian dipanggil ke sebuah insiden di sekolah. Secara khusus, polisi juga memberikan pemahaman kepada para murid di sekolah itu mengenai kejahatan dengan pisau.

Saat ini, Nadia menerima penghargaan Point of Light yang diberikan oleh Perdana Menteri Inggris, Theresa May, atas kampanye anti-sampah yang dilakukan.

Point of Light merupakan penghargaan yang diberikan kepada relawan yang berhasil membuat perbedaan di komunitas mereka.

"Melalui kampanye 'Gadis Sampah', Anda mengubah sikap mengotori dan menginspirasi ribuan siswa untuk mengambil tindakan," ujar Theresa May dalam suratnya kepada Nadia.

"Anda mengirim pesan positif bahwa kita semua harus bertanggung jawab menjaga lingkungan lokal kita, dan harus merasa sangat bangga dengan perbedaan yang terjadi," kata dia.

Pemberian penghargaan tersebut membuat sang ibu bangga terhadap putrinya. Selain itu, Paula menyatakan bahwa sekolah seharusnya malu karena tidak bisa berbuat apa pun, sementara pihak lain menghargai aksi yang dilakukan Nadia.

Baca juga: Penenggelaman Kapal Tak Rusak Lingkungan, Ini Penjelasan Susi Pudjiastuti

Tanggapan sekolah

Sekolah Nadia, Hellesdon High School di Norwich menyatakan bahwa keselamatan dan kesejahteraan murid adalah yang terpenting.

Kepala Sekolah Hellesdon, Tom Rolfe mengungkapkan bahwa sekolah tidak menolerir intimidasi. Namun, sekolah tidak akan secara aktif mencegah pelajarnya untuk mengikuti emosi mereka.

"Kami mempromosikan etos yang mencerminkan standar moral yang tinggi, budaya tanggung jawab sosial dan menumbuhkan lingkungan belajar yang aman bagi semua siswa," ujar Rolfe.

"Semua siswa dihormati dan indivisualitas mereka dihargai," kata dia.

Pindah sekolah

Atas kejadian perundungan atau bullying yang dialami, saat ini Nadia telah pindah sekolah ke Reepham High School.

Nyonya Sparkes menyampaikan bahwa Nadia sangat cocok di sekolah barunya. Bahkan, dia memakai seragam yang terbuat dari sampah daur ulang (eco uniform), yang terbuat dari botol plastik daur ulang.

Paula juga berharap bahwa sekolah baru ini membuat Nadia tetap rutin melakukan hal positif yang telah jadi kebiasaannya.

Harapannya, Nadia bisa terus mengambil sampah di rute ke halte bus dalam perjalanan menuju sekolah barunya yang berjarak sekitar 17,7 kilometer dari rumahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com