Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Pemilu di India: "Apa Untungnya Bagi Saya?”

Kompas.com - 03/05/2019, 18:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

GERBONG kelas umum, yang termurah, sangat penuh sesak dan Tim Ceritalah terpaksa meringkuk di bagian penyimpanan koper di atas kursi penumpang. Ini adalah perjalanan kereta cepat dari Hyderabad menuju Chennai.

Cuaca yang sangat terik (lebih dari 40 derajat celsius) menyelimuti dataran tinggi Deccan yang kering. Harga tiket - hanya INR 225 (Rp 45.598), terhitung sangat murah. Namun, tetap saja ini merupakan perjalanan 15 jam yang melelahkan, 2 jam lebih lama dari perkiraan awal.

Pemilu di India terhitung lama dan memakan waktu lima pekan. Pemungutan suara sudah dimulai, tahap pertama dari proses yang melelahkan.

Negara bagian selatan Telangana dan Andhra Pradesh, belakangan ini terpecah-belah oleh isu politik yang tersebar. Gerbong kereta yang kami tempati sangat bising.

Ditambah aturan tempat duduk yang sempit, sehingga tidak ada satupun yang bisa terlelap tidur.

Di tengah-tengah perjalanan, kami mendengar percakapan di antara pria yang duduk di tempat koper; dua penjaga toko, seorang karyawan di pemerintahan, seorang ahli IT dan seorang buruh.

Semuanya setuju bahwa Hyderabad lebih berkembang dibandingkan Chennai. Mereka kagum akan halte bus baru di kota itu yang sekarang dilengkapi AC.

Sepanjang perjalanan, perbicangan semakin berkembang, membahas kepentingan politik hingga soal pilihan mereka.

Sang buruh, yang merupakan pendukung Vijayawada dan terlihat termiskin di antara yang lain, mengatakan, “Saya mendukung Modi.”

Ketika ditanyakan alasannya, dia menjelaskan dengan terus terang, “Di bawah kepemimpinan Kongres (partai oposisi), biji-biji dapur harganya bisa mencapai INR 120 (Rp 24.288), sekarang hanya INR 80 (Rp 16.193).”

Memahami situasi kehidupannya, tidak ada yang mempertanyakannya. Sebaliknya, mereka semua kembali terdiam.

Sementara itu, di saat beberapa kelompok masyarakat memandang Pemilu yang akan berlangsung sebagai perjuangan lanjutan antara visi yang bertentangan untuk Republik tersebut - BJP (Partai Bharatiya Janata, partai pemerintah di India), dan paham Hindutva (Kelompok Nasionalisme Hindu di India) yang tegas dan anti-demokratik di satu sisi, melawan impian sosialis sekuler dari Keluarga Gandi-Nehru.

Tapi untuk yang lain, ini semua berkaitan dengan pekerjaan, harga dan layanan pemerintahan. Sesungguhnya, pada dasarnya Pemilu yang terjadi hanya berputar pada hal tersebut, "Apa untungnya bagi saya?"

Pada kenyataannya Partai BJP milik Narendra Modi sangat dinamis dan memang sukses pada lima tahun yang lalu ketika partainya memperoleh 282 kursi dan sekaligus menjadi suara terbanyak di Lok Sabha (Rumah Pemerintahan India).

Sebagai pembangun ‘keajaiban di Gujarat’, dia menang dikarenakan janjinya kepada rakyat atas tiga hal (pekerjaan, harga barang turun dan layanan gratis dari pemerintah).

Setelah satu dekade memerintah, kerja Kongres menjadi tidak maksimal dan dipenuhi kasus korupsi. Modi dengan mudahnya mengatakan, ‘ache din’ (hari yang baik akan kembali).

Pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) India meneriakkan slogan-slogan mendukung petahana Perdana Menteri India Narendra Modi di Siliguri pada 3 April 2019. (AFP/DIPTENDU DUTTA) Pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) India meneriakkan slogan-slogan mendukung petahana Perdana Menteri India Narendra Modi di Siliguri pada 3 April 2019. (AFP/DIPTENDU DUTTA)
Sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu. Sebaliknya, pengangguran meningkat tajam menjadi 6,1 persen, tertinggi sepanjang 45 tahun.

Sesungguhnya, statistik justru dijadikan senjata untuk perdebatan antara beberapa pihak dengan menyajikan data yang tidak sebenarnya (setidaknya untuk petahana). Bahkan IMF, didorong oleh Kepala Ekonomi Gita Gopinath mempertanyakan integritas data yang bersumber dari India.

Tentunya, pengaduan terkait pekerjaan terus terjadi dan pertumbuhan ekonomi yang buruk tampaknya menggarisbawahi skeptisisme internasional ini.

Kenyataannya, kerugian paling dirasakan oleh masyarakat di pedesaan di mana dua-per-tiga populasi tinggal dan 84 persen orang kehilangan pekerjaannya. Deflasi - penurunan harga hasil panen telah menghancurkan pendapatan dari petani, mendorong kemiskinan massal.

Selanjutnya, perlu diingat sekitar 10-12 juta orang muda mencari pekerjaan setiap tahunnya. Tak bisa terbayang tingkat ketidakpuasan masyarakat saat ini.

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah statistik hanya fokus kepada sektor formal milik negara tanpa mempertimbangkan sektor informal dimana angka pengangguran semakin membesar. terutama setelah demonetisasi (penarikan kembali fungsi alat pembayaran tertentu).

Beberapa survei terbaru dari All India Manufacturers’ Organisation menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan di usaha mikro dan kecil telah berkurang sekitar sepertiga sejak 2014.

Di usaha ukuran menengah, sekitar seperempat pekerjaan telah hilang, dan di antara para pedagang, angka ini turun hampir 40 persen.


Frustrasi di lapangan sangat jelas terlihat

Terletak di kota tua Hyderabad, berdiri toko Falooda dan Lassi (minuman campuran yoghurt dan buah) yang terkenal, “Matwale Doodh Ghar”.

Matwale, sang pemilik, meratapi kenaikan harga yang sangat tinggi. Kota Tua merupakan bagian dari sejarah tetapi lebih miskin dari pusat IT yang terkenal. Untuk musim panas, minuman yoghurt ini adalah penghilang dahaga yang murah.

Matwale merupakan korban terparah dari peraturan pajak barang dan jasa (Goods and Service Tax: GST) di masa kepemimpinan BJP.

GST awalnya bertujuan untuk simplifikasi sistem perpajakan yang sering berbeda di tiap negara bagian, dan juga untuk mempermudah alur bisnis.

Namun justru sistem yang sekarang ternyata sangat tidak transparan, memiliki tingkat pajak yang arbiter untuk berbagai produk, dan telah menghancurkan sektor yang lebih tidak terorganisir.

Ia mengatakan, “Mustahil untuk memindahkan semua beban pajak ke pelanggan, meskipun saya mendapatkan ribuan tiap harinya, kenaikan harga akan banyak mengurangi jumlah pelanggan saya”.

Seorang biarawan Katolik berada di bilik suara di Hyderabad pada 11 April 2019. Saat ini, India memasuki pemilu terbesar di dunia yang diikuti 900 juta pemilih.AFP/NOAH SEELAM Seorang biarawan Katolik berada di bilik suara di Hyderabad pada 11 April 2019. Saat ini, India memasuki pemilu terbesar di dunia yang diikuti 900 juta pemilih.
Kekecewaannya sebagian besar diarahkan ke pemerintah pusat dan kebijakannya. Mahalnya biaya yang dikeluarkan menjadi alasan kenapa dia mengirim anaknya ke China untuk belajar tentang pengobatan.

Pengumuman demonetisasi yang terjadi dalam semalam (menghilangkan 86,5 persen nilai mata uang India) di November 2016, dan implementasi pajak barang dan jasa pada pertengahan 2017 bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas dari kepemimpinan BJP.

Tapi yang dilihat Tim Ceritalah justru kekecewaan atas performa ekonomi. Seperti bunuh diri yang dilakukan oleh petani, pengangguran massal dan migrasi oleh pedagang yang kesulitan.

Namun, apakah masyarakat akan memilih kembali BJP, Kongres Nasional di India atau Partai Oposisi Regional adalah pertanyaan yang masih mengambang. Pertanyaan yang terus berputar-putar di antara koper-koper yang menumpuk di kereta.

Pertanyaan "Apa untungnya bagi saya", bukanlah pertanyaan yang mudah dijawab oleh masyarakat India, seperti dalam kampanye Modi yang mengejutkan pada 2014. Keajaiban Modi yang dijanjikan sejak 2014 sepertinya sudah terlupakan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com