Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putra Mahkota Saudi Tawarkan Presiden Palestina Rp 142 Triliun untuk Terima Perjanjian Trump

Kompas.com - 02/05/2019, 18:54 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

RAMALLAH, KOMPAS.com - Putra Mahkota Arab Saudi MOhammed bin Salman (MBS) dilaporkan menawarkan uang dalam jumlah besar kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Diberitakan harian Lebanon Al-Akhbar seperti dikutip Middle East Eye Rabu (1/5/2019), MBS menawarkan uang hingga 10 miliar dollar AS, atau Rp 142,4 triliun.

Penawaran itu diajukan supaya Abbas bersedia menerima rencana perdamaian Palestina dan Israel yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Baca juga: Jadi Presiden Dewan Keamanan PBB, Indonesia Angkat Isu Palestina

Namun, Abbas dilaporkan menolak tawaran itu. "Menerima apa yang dia sebut kesepakatan terbesar dalam sejarah bakal menjadi akhir karir saya," tegasnya kepada MBS.

Laporan Al-Akhbar itu didasarkan kepada keterangan Utusan Yordania untuk Palestina Khaled al-Shawabkheh yang mendapat informasi dari sejumlah pejabat Ramallah.

Shawabkheh mendapat informasi itu pada Desember 2017 hingga Januari 2018, setelah Trump menggulirkan keputusan kontroversial dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dalam laporan bertanggal 4 Januari 2018, Shawabkheh sempat menulis kepada Kementerian Luar Negeri Yordania bahwa Abbas "kecewa" dengan beberapa tawaran ketika berkunjung ke Saudi.

Laporan itu menjelaskan MBS menawarkan agar Abbas mengakui kesepakatan Trump sebagai ganti uang untuk membantu otoritas Tepi Barat dan menempatkan kembali pengungsi.

Selain itu, Abbas juga bakal mendapat dukungan politik maupun bantuan finansial berkelimpahan. MBS kemudian bertanya berapa anggota rombongan Abbas setiap tahunnya.

"Saya bukan seorang pangeran yang mempunyai rombongan," jawab Abbas. Kemudian MBS bertanya kembali berapa kira-kira anggaran pemerintahan Palestina.

Abbas lalu menjawab mereka membutuhkan dana 1 miliar dollar, atau sekitar Rp 14 triliun. "Saya akan memberi Anda 10 miliar dollar AS jika Anda menyetujuinya," kata MBS.

Dalam laporan sebelumnya yang bertanggal 26 Desember 2017, MBS berkata kepada Abbas bahwa AS menawarkan tanah yang bisa digunakan Palestina sebagai tempat tinggal.

Sang putra mahkota menambahkan, Saudi bersama sejumlah negara Arab yang lain telah diminta AS untuk memberi bantuan finansial guna mendongkrak ekonomi Palestina.

Baca juga: Presiden Palestina Berharap Ada Perdamaian Melalui Pemilu Israel

Shawabkheh kemudian menulis, Abbas merespon MBS dengan menyatakan dia tidak akan menukar perjanjian damai yang adil dengan bantuan finansial dalam bentuk apapun.

Abbas menegaskan Palestina tidak akan mendapat tekanan dari siapapun. "Kami akan meminta Israel bertanggung jawab untuk menangani isu pendudukan yang mereka lakukan,' tutur dia.

Menantu sekaligys penasihat senior Trump Jared Kushner April lalu menuturkan AS bakal mengumumkan rancangan rencana perdamaian itu pada Juni mendatang.

Para petinggi Palestina mengecam dengan keras sejumlah poin-poin penting dari rencana yang dibocorkan. Termasuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Kemudian kawasan Abu Dis di pinggiran Yerusalem Timur bakal menjadi ibu kota masa depan Palestina, maupun melakukan pengurangan terhadap jumlah pengungsi terdaftar.

Saeb Erekat yang merupakan negosiator veteran Palestina menuturkan kesepakatan yang begitu digaungkan itu tidak bisa dia sebut sebagai kesepakatan.

Baca juga: Palestina Segera Umumkan Susunan Pemerintahan Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com