Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pria Terbukti Rencanakan Pengeboman Pesawat Etihad Airways

Kompas.com - 01/05/2019, 16:33 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber Reuters

MELBOURNE, KOMPAS.com - Pengadilan Australia memutuskan seorang pria bersalah karena merencanakan pengeboman pesawat Etihad Airways yang lepas landas dari Sydney atas perintas ISIS.

Dikutip dari Reuters, Rabu (1/5/2019), terdakwa bernama Khaled Khayat itu ingin meledakkan pesawat dengan menyembunyikan bom pada koper saudaranya.

Polisi menuding Khaled dan saudara lelakinya, Mahmoud Khayat, merencanakan dua serangan teroris termasuk serangan gas kimia dalam penerbangan menuju Abu Dhabi pada 15 Juli 2017.

Baca juga: Jumlah Penumpang Turun, Etihad Rugi 1,28 Miliar Dollar AS pada 2018

Sementara, saudara lelakinya yang lain tidak menyadari apabila dia membawa bom yang disimpan dalam mesin penggiling daging pada kopernya.

Ketika dia mencoba untuk check-in di bandara, alat itu dikeluarkan dari kopernya karena terlalu berat dan belum melewati prosedur keamanan bandara.

Khaled dan Mahmoud ditangkap beberapa pekan kemudian, setelah serangkaian penggerebekan di Sydney.

"Juri siang ini mengembalikan vonis bersalah untuk Khaled dan masih berunding terkait dengan Mahmoud," kata seorang juru bicara Mahkamah Agung New South Wales.

Polisi menduga, bahan peledak militer tingkat tinggi untuk bom tersebut dikirim dengan kargo udara dari Turki.

Misi tersebut merupakan bagian dari komplotan yang terinspirasi dan diarahkan oleh kelompok ISIS.

Baca juga: WNI Melahirkan, Pesawat Etihad Terpaksa Mendarat di Mumbai

Sidang putusan Khaled akan ditetapkan pada 26 Juli mendatang dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup.

Laporan kantor berita AFP menyebutkan, komunikasi dengan ISIS oleh Khaled telah dimulai pada April 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com