Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Tiga Benda Pusaka Kekaisaran Jepang yang Penuh Misteri

Kompas.com - 01/05/2019, 16:19 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Pada Rabu (30/4/2019), Kaisar Naruhito secara resmi menduduki tahta Jepang sehari setelah sang ayah, Akihito mengundurkan diri.

Sebagai kaisar baru, Naruhito berjanji untuk menjalankan fungsinya sebagai simbol negara dan persatuan rakyat Jepang sebaik-baiknya.

Salah satu bagian dari seremoni naik tahtanya Naruhito adalah penyerahan benda-benda pusaka Kekaisaran Jepang kepada sang pemimpin baru.

Benda pusaka itu adalah tiga Sanshu no Jingi atau Harta Karun Suci yang amat dirahasiakan.

Baca juga: Mengenal Naruhito, Kaisar Baru Jepang yang Humoris dan Piawai Bermain Biola

Dua di antara benda-benda pusaka itu adalah pedang Kusanagi dan perhiasan Yasanaki no Magatama yang diserahkan kepada Naruhito di dalam bungkusan kotak kayu.

Kedua benda pusaka itu diberikan tokoh paling senior rumah tangga kekaisaran Jepang.

Benda ketiga, cermin Yata no Kagami, tetap berada di kuil besar Ise, lokasi paling penting dalam agama Shinto, di Prefektur Mie.

Ketiga benda pusaka itu melambangkan keberanian, kebijaksanaan, dan kebajikan yang diharapkan bisa ditunjukkan sang kaisar kepada rakyatnya.

Tak ada orang lain kecuali sang kaisar dan pendeta Shinto paling senior yang bisa melihat ketiga benda pusaka itu.

Menurut mitos, ketiga benda tersebut sudah menjadi bagian dari seremoni pelantikan kaisar baru sejak 690.

Ketiga benda itu, masih menurut mitos, sebelumnya adalah milik Amaterasu, dewi matahari yang legendaris.

Amaterasu dipaksa bersembunyi di dalam gua setelah sang kakak, Susanoo, dewa badai yang amat kuat, menghilangkan cahaya.

Amaterasu hanya mau keluar dari gua tersebut saat seorang dewa lainnya, Ame-no-Uzume, menggantungkan cermin dan perhiasan di mulut gua dan Amaterasu tertarik dengan pantulan wajahnya sendiri.

Kemudian, Dewa Susanoo yang sudah menyesali perbuatannya, memberikan pedang Kusanagi, yang pernah digunakan untuk membunuh ular berkepala delapan, kepada Amaterasu sebagai bentuk pertobatan.

Ketiga benda itu kemudian dibawa ke Bumi oleh Ninigi-no-Mikito, cucu Amaterasu yang dikirim untuk menenangkan Jepang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com