Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: William Randolph Hearst, Sang Master Berita Palsu

Kompas.com - 30/04/2019, 12:00 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

KOMPAS.com - William Randolph Hearst dikenal sebagai seorang jenius media yang pengaruhnya meluas dalam bidang penerbitan, politik, Hollywood, dunia seni, dan bahkan kehidupan sehari di AS.

Menerbitkan perusahaan surat kabar Amerika terbesar di akhir abad ke-19, dia mempromosikan "jurnalisme kuning" yang sensasional.

Kehadiran berita palsu diyakini berakar dari apa yang telah dilakukan Hearst ketika diberikan San Francisco Examiner oleh ayahnya, George, seorang miliarder dan senator AS.

Kehidupan awal

Sebelum mendominasi jurnalisme hampir selama setengah abad, William Randolph Hearst lahir di San Francisco, California, pada 29 April 1863. Dia adalah putra tunggal dari George Hearst dan Phoebe Apperson Hearst.

Ayahnya merupakan pemilik tambang emas yang bertransformasi menjadi miliarder dan senator AS dari California (1886-1891).

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Sheila Scott, Pilot Pertama Capai Kutub Utara

William muda menempuh pendidikan sekolah swasta dan kerap mengikuti perjalanan ke Eropa.

Selama dua tahun, dia belajar di Harvard College sebelum akhirnya dikeluarkan karena menggelar pesta bir besar-besaran di Harvard Square dan membuat ulah terhadap para profesor.

Meski demikian, dia sempay menjabat sebagai editor untuk Harvard Lampoon. Selama berada di sana, dia begitu terinspirasi oleh surat kabar New York World dan penerbitnya, Joseph Pulitzer.

San Francisco Examiner

Pada 1887, dia mengambil kendali dari media yang sedang berjuang untuk bangkit, San Francisco Examiner, yang dibeli ayahnya pada 1880 untuk alasan politik.

Sebagai editor, William mengadopsi sistem peliputan berita yang sensasional, yang kemudian dikenal dengan "jurnalisme kuning".

Dalam laporan pemberitaan, dia menekankan tajuk utama dengan huruf besar dan kisah-kisah hiperbol, banyak berdasarkan spekulasi dan mengandung kebenaran hanya setengahnya.

Sekitar seperempat halaman dikhususkan untuk berita-berita kriminal. Selain itu, surat kabar ini juga memuat laporan sensasionalisme yang mengerikan dan investigas korupsi pemerintah serta kelalaian institusi publik.

Dalam dua tahun, sirkulasi penjualan meningkat dan perusahaan tersebut menjadi makmur.

Raja media

Dengan keberhasilannya, dia membeli New York Morning Journal pada 1895, yang sebelmnya dimiliki oleh Pulitzer.

Dia mempekerjakan penulis ternama seperti Stephen Crane dan Julian Hawthorne, dan mengambil beberapa karyawan terbaik Pulitzer, seperti Richard F Outcault tang menggambar kartun Yellow Kid.

The New York Journal segera mencatatkan penjualan yang belum pernah diperoleh sebelumnya.

Semua itu berkat banyaknya ilustrasi yang ditampilkan, bagian halaman berwarna, tajuk berita utama, artikel sensasioal soal kejahatan dan topik ilmiah semu.

Media milik William Hearst dan Pulitzer kemduian terlibat dalam perang sengit.

Pemberitaan yang sensasional dan skema promosi yang heboh dari William membuat jurnalisme di Kota New York memanas.

Persaingan termasuk kartun Yellow Kid kemudian memunculkan istilah jurnalisme kuning.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Samuel Morse, Penemu Sandi Morse

Pada dekade terakhir abad ke-19, politik mendominasi koran William dan akhirnya mengungkapkan pandangan politiknya yang rumit.

Perusahaan medianya mendukung Partai Demokrat, namun dia menentang kandidat presiden dari partai tersebut pada 1896, William Jennings Bryan.

Pada 1898, dia mendorong terjadinya perang dengan Spanyol untuk membebaskan Kuba, sebuah hal yang ditentang Demokrat.

Berita palsu

Pada 1897, dia mengirim seniman Frederic Remington ke Havana dengan perintah untuk menggambarkan ketegangan.

Setelah beberapa waktu, sang seniman itu melaporkan bahwa tidak terjadi masalah di wilayah itu.

"Semuanya tenang. Tidak ada masalah. Tidak akan ada perang. Saya ingin kembali," kata Remington.

Tapi, William berkata lain.

"Silakan Anda tetap menyelesaikan gambarnya dan saya akan melengkapi perang ini," ujarnya.

Puncaknya terjadi ketika tenggelammnya USS Maine pada 1898. William dan Pulitzer menerbitkan desas-desus tentang penenggalaman kapal.

Terlepas dari kenyataan penyebab ledakan yang belum diketahui, sudah muncul pemberitaan tentang kapal yang diledakkan oleh Spanyol dengan menampilkan gambar ledakan hebat.

Muncul perkiraan 260 dari 400 pelaut kapal Maine terbunuh dalam ledakan itu.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Johannes Brahms, Komposer Legendaris Jerman

Kini sejarawan mengidentifikasikan Perang Spanyol-Amerika sebagai perang pertama yang didorong oleh pers karena persaingan William dan Pulitzer.

Dari penyelidikan pada 1976, kapal meledak karena kebakaran yang memicu ledakan pada persediaan amunisi.

Karier politik dan pernikahan

Pada 1900, William mengikuti jejak ayahnya di dunia politik. Setelah mendirikan surat kabar di beberapa kota lagi, termasuk Chicago, Boston, dan Los Angeles, dia bertekad menjadi presiden AS.

Menang untuk pemilu DPR pada 1902 dan 1904, dia mengalami kesulitan dalam mempertahanan kerajaan medianya ketika mencalonkan diri sebagau wali kota New York dan gubernur New Tork.

Pada 27 April 1903, William menikah dengan Millicent Willson, seorang gadis berusia 21 tahun di Kota New York.

Millicent melahirkan lima putra, yang semuanya mengikuti ayah mereka dalam bisnis media.

Pada 1920-an, satu dari setiap empat orang Amerika membaca koran milik William.

Kerajaan medianya telah berkembang dengan memasukkan 20 surat kabar harian dan 11 surat kabar Minggu di 13 kota.

Dia mengendalikan perusahaan gabungan King Features and International News Service, serta enam majalah, termasuk Cosmopolitan, Good Housekeeping dan Harper's Bazaar.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Ratu Isabella II, Berkuasa di Spanyol Sejak Balita

Dia juga berkelana ke bidang film dengan newsreel dan perusahaan film.

Kematian

Pada 1934, dia mengunjungi Berlin dan mewawancarai Adolph Hitler untuk membantu melegitimasi kepemimpinan Hitler di Jerman.

William Randolph Hearst menghabiskan sisa 10 tahun hidupnya dengan mengurangi perannya pada kerajaan medianya dan publik.

Dia meninggal pada 14 Agustus 1951, di Beverly Hills, California, pada usia 88 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com