Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Bom Bali asal Australia Tagih Jokowi soal Lahan Eks Sari Club

Kompas.com - 29/04/2019, 17:35 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber ABC

Pemilik kios makanan yang ada di lokasi ini telah diminta untuk segera mengosongkan lokasi dalam sepekan karena pembangunan restoran akan segera dimulai.

Upacara adat setempat juga telah dilakukan dengan maksud mengusir roh-roh jahat.

Pekan lalu, sebuah papan proyek sudah terpasang dan lokasi ini akan kembali dibanguni tempat hiburan, meski tanpa bar atau nightclub.

Luas bangunan restoran itu nantinya mencapai 700 meter persegi dengan kapasitas 350 kursi.

Secara terpisah Bali Peace Park Association menyatakan pihak pemilik lahan telah menawarkan harga sekitar 5 juta dollar atau sekitar Rp 50 miliar untuk lantai 5 bangunan tersebut.

Harga gila-gilaan

Menurut Pearce, pihak Bali Peace Park Association sebelumnya ingin membeli lahan tersebut sesuai dengan harga pasar tanah di kawasan itu.

Namun dia menuduh pemilik lahan ini menawarkan harga
gila-gilaan" sehingga kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan.

Tadinya, katanya, pemilik meminta harga 26 juta dolar atau sekitar Rp 260 miliar untuk lahan tersebut, lalu diturunkan menjadi 5 juta dolar hanya untuk lantai 5 saja.

"Tidak masuk akal, sebab nilai seluruh lokasi itu bahkan tidak mencapai setengahnya," ujar Pearce.

Dia menyebutkan valuasi dari pihak independen yang dimintakan oleh Bali Peace Park Association menyebutkan nilai tanah tersebut kurang dari setengah dari yang ditawarkan pemiliknya.

Sejauh ini diketahui bahwa Pemerintah Australia telah menawarkan bantuan dana 450 ribu dolar untuk membeli lahan.

Dana ini sama dengan tawaran bantuan donatur lainnya termasuk dari pemerintah negara bagian di Australia.

Pearce juga telah membuat petisi online mendesak Perdana Menteri Scott Morrison melobi Presiden Jokowi untuk turun tangan.

Baca juga: Australia Bunuh Jutaan Kucing Liar Pakai Sosis Beracun

PM Morrison pada pekan lalu menyatakan kekesalannya atas terbitnya IMB di lokasi tersebut. Dia menyatakan Konsulat Australia telah berusaha menangani permasalahan ini.

"Bagi 88 warga Australia dan keluarga mereka yang bagi mereka ini merupakan tempat keramat, saya terganggu, sangat-sangat terganggu dengan keputusan yang akan menjadikan lokasi itu sebagai kompleks hiburan," kicaunya di Twitter.

"Adanya di negara lain. Mereka punya aturan sendiri. Mereka berdaulat. Mereka boleh membuat keputusan mereka sendiri. Namun kami akan tetap mengurus hal ini," katanya.

Pengacara yang mewakili Bali Peace Park Association kini menyatakan ingin bertemu dengan pemilik lahan Sukamto Tjia serta Gubernur Bali I Wayan Koster dalam waktu dekat untuk membicarakan permasalahan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber ABC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com