Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Bom Bali asal Australia Tagih Jokowi soal Lahan Eks Sari Club

Kompas.com - 29/04/2019, 17:35 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber ABC

CANBERRA, KOMPAS.com - Warga Australia yang anaknya menjadi korban serangan Bom Bali mendesak Presiden Joko Widodo untuk turun tangan menghentikan rencana pembangunan restoran di lokasi bekas Sari Club di kawasan Kuta.

Pria bernama Keith Pearce ini dalam suratnya kepada Jokowi menyatakan, pembangunan itu menodai tempat di mana sejumlah nyawa melayang akibat serangan bom pada Oktober 2002.

Pearce, yang anaknya mengalami cedera di Sari Club saat itu, menulis surat karena Jokowi sebelumnya pernah menyatakan dukungan bagi pembangunan taman perdamaian di sana.

Baca juga: PM Australia Kesal atas Terbitnya IMB Bekas Lokasi Bom di Bali

"Sebagai salah seorang dari yang menanggung penderitaan di antara 13 korban selamat, serta orangtua 7 orang yang meninggal di sana, saya sangat terpukul dengan perkembangan ini," katanya.

"Saya menganggap lahan Sari Club sebagai tempat keramat dan percaya hanya taman perdamaian yang boleh ada di sana," ujarnya.

Pearce mengaku belum mendapat tanggapan apa-apa dari Presiden Jokowi.

Sementara, pemilik lahan eks Sari Club, Sukamto Tjia, yang dihubungi ABC menyatakan pihaknya akan tetap membangun restoran berlantai lima di lokasi tersebut.

Dia menyatakan sudah menjadi haknya untuk melakukan pembangunan di lahan miliknya itu, meski sebelumnya pernah ada janji lisan bahwa lahan ini akan dijadikan taman perdamaian untuk menghormati 202 korban yang terbunuh dalam serangan bom.

Sukamto Tjia telah memiliki lahan di kawasan Kuta tersebut sejak 1997.

Dia menjelaskan, selama ini dia selalu terbuka untuk menjual lahan tersebut kepada Bali Peace Park Association, sebuah LSM di Australia yang mewakili para penyintas Bom Bali 2002.

Namun setelah bertahun-tahun, pembicaraannya tidak mengalami kemajuan.

Baca juga: Australia Peringatkan Kemungkinan Teror Bakal Berlanjut di Sri Lanka

"Kami telah melewati proses negosiasi," ujar I Dewa Ketut Djatinegara, mewakili Sukamto Tjia.

"Mereka bilang ingin membelinya. Kami minta berapa penawaran mereka, tapi mereka tak pernah menyampaikannya," katanya.

"Hingga hari ini belum ada jawaban dari mereka, sehingga kami pun harus memulai pembangunan. Kami tak ingin membiarkannya kosong," ujar Djatinegara.

Mulai disucikan

Beberapa tahun terakhir, lahan kosong tersebut telah digunakan sebagai area parkiran dan bahkan tempat pembuangan sampah.

Halaman:
Sumber ABC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com