Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Topan Dahsyat Banglades Tewaskan 138.000 Jiwa

Kompas.com - 29/04/2019, 11:12 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Masyarakat di sekitar Distrik Chittagong, Banglades tak akan melupakan apa yang pernah mereka atau keluarga mereka alami pada 29 April, 28 tahun lalu.

Pada malam hari 29 April 1991, badai tropis hebat menghantam kawasan yang terletak di sisi tenggara Banglades, khususnya di Distrik Chittagong.

Angin bertiup dengan kekuatan 210-250 kilometer per jam dan menghasilkan gelombang setinggi  6 meter di Teluk Benggala yang mengarah ke utara menuju kawasan pesisir Banglades.

Gelombang ini yang kemudian menyapu permukiman dan bangunan lainnya di sekitar Chittagong. Akibatnya, sebanyak 138.866 jiwa melayang, dan ratusan ribu lainnya mengalami luka-luka.

Air merendam kawasan pesisir pantai dan menerjang pulau-pulau kecil di sekitarnya. Saat air perlahan kembali ke lautan, korban-korban itu mulai terlihat di banyak titik.

Selain korban jiwa, badai ini juga menghancurkan bangungan-bangunan termasuk pemukiman penduduk dan bangunan lainnya di wilayah itu.

Sejumlah 10 juta penduduk dikabarkan harus kehilangan tempat tinggalnya.

Kehidupan di Chittagong seolah-olah harus benar-benar dimulai dari awal, semua hancur, dan membutuhkan banyak sekali perbaikan.

Sebanyak 13,4 juta orang hidup dalam kondisi bencana, tanpa rumah, dan berdesakan dengan lainnya dalam tenda-tenda pengungsian.

Hujan deras yang terus mengguyur dan ombak laut yang masih tinggi menyulitkan upaya evakuasi dan distribusi bantuan.

Sebuah pulau kecil di selatan Chittagong, bernama Kutubdia, juga tak luput dari bencana. Pulau yang dihuni oleh 110 ribu jiwa ini mengalami kerusakan bangunan hingga 80-90 persen.

Tak berhenti di situ, dampak lain yang dirasakan masyarakat akibat bencana ini adalah hilangnya binatang-binatang ternak yang mereka miliki dan lahan pertanian yang mau-tidak mau hancur tak bersisa.

Adapun, total kerugian yang harus ditanggung akibat topan tropis paling mematikan sepanjang sejarah itu, sekitar 1,5 miliar dollar AS. 

Sebagaimana kondisi pasca bencana, warga tidak memiliki banyak makanan dan pasokan pemenuh kebutuhan hidup. Bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak donatur menjadi penopang kehidupan warga untuk sementara waktu.

Air bersih, sebagai salah satu kebutuhan vital manusia, ketika itu persediaannya sangat terbatas.

Hal ini pula yang menjadi faktor pembunuh selanjutnya selain bencana alam yang sudah terjadi. Setidaknya, 3.000 orang meninggal dunia akibat hal ini. Sementara itu, angka penderita diare dan disentri, mengalami peningkatan.

Data United States Agency for International Development (USAID) menyebutkan sekitar 780.000 rumah, 9.300 bangunan sekolah, dan 655 pusat pelayanan kesehatan hancur.

Saluran listrik, air, dan komunikasi juga terputus akibat sapuan topan dahsyat ini. Pelabuhan laut di Chittagong dalam kondisi parah, jalur transportasi baik jalan raya maupun rel kereta api terputus, penerbangan juga turut terdampak.

Kawasan yang ada di dalam radius 190 kilometer dari pantai semuanya hancur, sementara di wilayah hingga radius 940 kilometer dari garis pantai kerusakan terjadi. 

Pemerintah melarang masyarakat menggunakan sumber air yang ada di sana karena telah tercemar dan tidak layak digunakan baik untuk keperluan kebersihan maupun konsumsi. 

Sekitar 247.000 ton tanaman sereal dan 35.000 ton sayuran, umbi-umbian, dan tanaman lainnya hilang dan sekitar 224.000 ekor sapi, 218.000 kambing, dan 2,4 juta ekor unggas diperkirakan tewas dalam topan. 

Sektor industri, kehutanan, dan lainnya juga terganggu. Semua ini menghambat proses pemulihan pasca bencana yang harus dilakukan oleh masyarakat.

Berdasarkan video klimatologi yang diambil dari satelit, beberapa hari sebelum bencana terjadi, topan perputaran angina memang sudah terlihat di kawasang Teluk Benggala. 

Mulai 24-29 April 1991, angin itu berputar –putar mulai dari arah selatan, ke barat, lanjut ke utara, hingga akhirnya berbelok ke timur dan menghancurkan kehidupan di Chittagong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com