Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2019, 16:27 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

COLOMBO, KOMPAS.com - Polisi Sri Lanka dilaporkan memburu ratusan orang yang diduga sebagai anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pasca-tragedi ledakan bom.

Presiden Maithripala Sirisena seperti diwartakan The Guardian Jumat (26/4/2019) mengatakan, saat ini kepolisian memburu total 140 orang terduga anggota ISIS.

Sirisena menjelaskan sejumlah pemuda ditengarai terlibat dengan ISIS pada 2013. Baik kepala polisi maupun pejabat pertahanan sama sekali tak memberitahukan informasi itu kepadanya.

Baca juga: Polisi Sri Lanka Salah Pasang Foto Aktivis Muslim AS sebagai Tersangka Pemboman

Dia juga menyalahkan pemerintahan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah melemahkan intelijen karena memproses perwira militer yang dituduh sebagai penjahat perang saat konflik sipil dengan separatis Tamil.

Para pemimpin Muslim di Sri Lanka menyerukan agar Shalat Jumat bisa digelar di kediaman masing-masing antara lain karena ancaman dari kelompok ekstremis masih ada.

Selain itu, seruan itu sebagai bentuk solidaritas bagi umat Katolik yang masih belum diperbolehkan menggelar ibadah karena ancaman keamanan yang masih berlangsung.

The All Ceylon Jamiyyathul Ulama, lembaga tertinggi cendekiawan Muslim setempat, meminta kepada para perempuan untuk tidak mengenakan niqab yang menutupi wajah mereka.

"Dalam situasi seperti ini, kami mohon kepada saudari kami untuk bekerja sama dengan pihak keamanan dengan tidak mengenakan niqab," demikian imbauan Jamiyyathul Ulama.

Pengeboman yang terjadi di gereja dan hotel mewah saat Minggu Paskah (21/4/2019) menewaskan 253 orang, revisi dari jumlah sebelumnya yang mencapai 359 orang.

Serangan yang diklaim oleh ISIS tersebut merusak perdamaian yang sudah terjadi di Sri Lanka selama 10 tahun terakhir setelah perang saudara dengan Macan Tamil.

Tragedi itu juga memberikan kesulitan bagi sejumlah pengungsi yang terpaksa melarikan diri dari kediaman mereka setelah muncul kemarahan dari warga sekitar.

Salah seorang pejabat pemerintahan setempat menuturkan mereka ingin para pengungsi itu pergi dengan pesan penolakan dituliskan dalam bahasa Inggris dan Sinhala.

"Kami tidak ingin mereka. Kami tidak ingin pengungsi dari Pakistan," demikian isi pesan itu yang begitu dikeluhkan oleh salah seorang pengungsi, Tariq Ahmad.

"Orang-orang di Pakistan menyerang kami karena bukan Muslim. Kini di Sri Lanka, masyarakat menyerang karena kami adalah Muslim," keluh pria 58 tahun tersebut.

Baca juga: Australia Peringatkan Kemungkinan Teror Bakal Berlanjut di Sri Lanka

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com