Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bak Roller Coaster, Begini Kilas Balik Hubungan Rusia dan Korea Utara

Kompas.com - 25/04/2019, 12:55 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

VALDIVOSTOK, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengukir sejarah dalam pertemuan perdana mereka di Valdivostok, Rusia.

Hubungan dekat antara Korea Utara dengan Uni Soviet pernah mendingin pada 1990-an, namun kembali dipulihkan pada 2000-an ketika Moskwa mencari dukungan di tengah perselisihan baru dengan Barat.

Lalu, seperti apa kilas balik hubungan Rusia dan Korea Utara yang seperti wahana roller coaster itu?

Sekutu Perang Dingin

Pada akhir Perang Dunia II, Uni Soviet diberikan kepercayaan atas bagian utara Semenanjung Korea, sementara AS mendapat bagian selatan.

Baca juga: Dalam Pertemuan Bersejarah, Ini yang Dibicarakan Putin dan Kim Jong Un

Moskwa menunjuk Kim Il Sung sebagai pemimpin, yang kemudian mendirikan negara komunis Korea Utara pada 1948.

Dua tahun kemudian, dengan dukungan China dan Uni Soviet, pasukan Kim menyerbu wilayah Selatan sehingga memicu perang yang merenggut nyawa 4 juta orang sebelum gencayan senjata pada 195.

Saat Perang Dingin meletus antara Uni Soviet dan Barat, Korut mendapat banyak manfaat dari bantuan Soviet termasuk persenjataan dan bahan bakar.

Dalam perjanjian 1961 yang ditandatangani Kim Il Sung dan Nikita Khrushchev mengikat Soviet untuk mempertahankan Korut jika terjadi serangan.

Kim Il Sung pernah mengunjungi Moskwa pada 1984. Pada 1986, dia bertemu dengan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev untuk kali pertama.

Putus hubungan

Hubungan istimewa keduanya berakhir pada `990 ketika Gorbachex menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Selatan.

Mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong Il (kanan kedua) turun dari kereta berlapis baja saat kedatangannya di Siberia, Rusia, pada 2011. (AP Photo via CNN) Mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong Il (kanan kedua) turun dari kereta berlapis baja saat kedatangannya di Siberia, Rusia, pada 2011. (AP Photo via CNN)
Korut menudingnya melakukan pengkhianatan. Pecahnya Uni Soviet pada 1991 kemudian mengantarkan rezim Rusia yang menguntungkan Barat.

Ketika Perang Dingin berakhir, bantuan Soviet ke Korut juga selesai.

Baca juga: Kim Jong Un Disebut Eksekusi 4 Pejabat yang Bocorkan Informasi ke AS

Pada 1992 Presiden Boris Yeltsin menyatakan perjanjian 1961 batal, dengan menyebut kesepakatan tersebut hanya di atas kertas.

Pemulihan relasi

Putin memulihkan kembali hubungan antara Rusia dan Korut, yang kala itu masih dipimpin Kim Jong Il.

Kim Jong Il mengambil alih kepemimpinan ayahnya yang meninggal pada 1994.

Beberapa bulan memasuki masa kepresidenannya pada 2000, Putin melakukan perjalanan ke Pyongyang. Dia menjadi pemimpin Rusia pertama yang mengunjungi negara tertutup itu.

Putin dan Kim Jong Il sepakat mengembalikan hubungan kedua negara dan menandatangani perjanjian kerja sama militer.

Pada 2001 dan 2002, Kim Jong Il melakukan perjalanan ke Moskwa untuk berbicara dengan Putin.

Pada 2003, dengan meningkatnya kekhawatiran internasional tentang Korut yang secara diam-diam mengembangkan senjata nuklir, Rusia mengambil bagian dalam putaran pertama perundingan enam negara agar Pyongyang meninggalkan program senjata nuklirnya.

Kim Jong Il melakukan perjalanan ketiga dan terakhirnya ke Rusia pada 2011, empat bulan sebelum dia meninggal. Putranya Kim Jong Un untuk selanjutnya mengambil alih kepemimpinan.

KTT demi KTT

Pada 2014, Moskwa menghapuskan 90 persen utang Korut ke Rusia sejak era Soviet.

Baca juga: Putin Mudahkan Pengurusan Paspor Rusia untuk Separatis Ukraina

Presiden AS Donald Trump bertemu Kim dalam KTT bersejarah di Singapura. Kim berjanji melakukan denuklirisasi total di semenanjung.

Putin memuji pertemuan itu dan mengaku akan senang apabila bertemu dengan Kim. Namun KTT Trump-Kim yang kedua pada Februari 2019 di Hanoi berakhir dengan kegagalan.

Pertemuan Kim dengan Putin pada Kamis (25/4/2019) menjadi yang pertama antara keduanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com