COLOMBO, KOMPAS.com - Identitas salah satu pelaku bom bunuh diri yang melakukan aksinya pada Minggu Paskah (21/4/2019) diungkapkan oleh salah satu sumber keamanan.
Dikatakan sumber keamanan itu sebagaimana diwartakan Sky News Rabu (24/4/2019), pelaku bom bunuh diri itu bernama Abdul Lathief Jameel Mohamed.
Mohamed diyakini pernah menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi kawasan tenggara Inggris antara 2006-2007. Kemudian dia mengambil pasca-sarjana di Australia sebelum menetap di Sri Lanka.
Baca juga: Buru Pelaku Teror Bom, Sri Lanka Kerahkan Ribuan Pasukan
Mohamed merupakan satu dari sembilan teroris yang meledakkan diri di delapan tempat yang menewaskan 359 orang, termasuk delapan warga Inggris, dan melukai lebih dari 500 orang.
Dalam konferensi pers, Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene mengatakan sembilan pelaku, delapan di antaranya telah teridentifikasi, berpendidikan tinggi dan berasal dari keluarga kaya.
Salah satunya adalah Insan Seelavan. Pelaku yang melakukan aksinya di Hotel Shangri-La itu dilaporkan merupakan pemilik dari sebuah pabrik di Sri Lanka.
Kemudian satu dari sembilan pelaku diidentifikasi merupakan seorang perempuan yang meledakkan diri ketika polisi menyerbu rumah. Perempuan itu diduga sebagai istri salah satu pelaku.
Sejauh ini, polisi menyatakan sudah menangkap 60 orang yang merupakan warga negara Sri Lanka, dengan 32 di antaranya masih mendekam di tahanan.
Ketegangan begitu terasa di negara Asia Selatan dengan polisi dilaporkan meledakkan sebuah motor yang dianggap mencurigakan di ibu kota Colombo Rabu pagi waktu setempat.
Selasa (23/4/2019), Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengakui intelijen mempunyai informasi yang bisa menyelamatkan banyak nyawa jika saja diserahkan kepada dirinya.
Wickremesinghe berkata terdapat "kegagalan komunikasi" dengan aparat menginvestigasi jika saja laporan intelijen asing itu sengaja diacuhkan atau tidak.
Ketua parlemen Lakshman Kiriella menuturkan ada sejumlah pejabat tinggi intelijen yang sengaja menyembunyikan informasi sepenting itu untuk tujuan tertentu.
Baca juga: Terkait Teror, Parlemen Sri Lanka: Ada Kesengajaan Sembunyikan Laporan Intelijen
"Ada seseorang yang mengatur lembaga intelijen ini. Mereka bermain politik. Kami harus segera menggelar penyelidikan secepatnya," tegas Kiriella.
Intelijen Inggris dan Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) merupakan lembaga internasional yang disebut memberikan peringatan tersebut.
Wijewardene melanjutkan pihaknya memeercayai ada organisasi ekstremis lokal yang bertanggung jawab, dengan serangan itu merupakan bentuk tanggung jawab atas penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru.
Seorang teroris berkewarganegaraan Australia menyerang dan memberondong tembakan ke arah jemaah Masjid Al Noor dan Linwood ketika melaksanakan Shalat Jumat (15/3/2019), dan menewaskan 50 orang.
Baca juga: Tak Ada Lagi Teriakan Anak-anak, Jalanan di Sri Lanka Kini Hening
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.