Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2019, 05:51 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber BBC,AFP

KOLOMBO, KOMPAS.com - Pemerintah Sri Lanka mengaku melakukan kesalahan atas kegagalan mencegah serangan pada Minggu Paskah yang menewaskan lebih dai 350 orang, meski sebelumnya muncul peringatan intelijen.

Diwartakan kantor berita BBC, Rabu (24/4/2019), peringatan intelijen India sejak awal bulan ini menyebutkan kemungkinan terjadinya serangan yang direncanakan.

Namun, peringatan tersebut tidak dibagikan dengan benar oleh pihak berwenang.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Minta Kepala Kepolisian dan Menhan Mundur

Pemimpin parlemen Lakshman Kiriella menuding para pejabat keamanan senior itu justru sengaja menyembunyikan laporan intelijen tentang kemungkinan terjadinya serangan.

"Informasi ada di sana, tapi para pejabat tinggi keamanan tidak mengambil tindakan yang tepat," ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena memutuskan untuk memecat Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando dan Inspektur Jenderal Polisi Pujith Jayasundara.

"Restrukturisasi pasukan keamanan dan polisi akan selesai dalam waktu sepekan,"ujarnya.

Pemerintah kini sedang menyelidiki keterkaitan kelompok ISIS atas teror yang menargetkan gereja dan hotel.

"Kami harus bertanggung jawab karena jika berbagi informasi intelijen kepada orang yang tepat, saya pikir setidaknya ini bisa dihindari atau bahkan diminimalkan," kata Wakil Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene.

Seperti diketahui, laporan CNN menyebutkan intelijen India telah menyampaikan informasi pada pekan-pekan sebelum serangan.

Informasi tersebut berasal dari seorag tersangka ISIS yang ditahan di India.

"Itu adalah kesalahan besar dalam berbagi informasi," lanjut Wijewardene.

Dia menjelaskan, seorang pelaku teror pernah menempuh pendidikan di Inggris dan melanjutkan studi pascasarjana di Australia sebelum kembali ke Sri Lanka.

Baca juga: Terkuak, India Peringatkan Sri Lanka 1 Jam Sebelum Ledakan Bom Terjadi

"Sebagian besar dari mereka berpendidikan baik dan berasal dari keluarga kelas menengah ke atas," katanya.

"Keluarga mereka cukup stabil secara finansial sehingga ini jadi faktor yang mengkhawatirkan," ucapnya seperti dikutip dari kantor berita AFP.

Sebuah tim FBI AS sekarang berada di Sri Lanka, sementara Inggris, Australia dan Uni Emirat Arab telah menawarkan bantuan intelijen.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Sumber BBC,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com