Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korut Gunakan Mata Uang Kripto untuk Biayai Proyek Senjata Nuklir

Kompas.com - 23/04/2019, 15:39 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

PYONGYANG, KOMPAS.com - Sebuah laporan menyebut Korea Utara telah menggunakan cryptocurrency atau mata uang kripto, seperti Bitcoin untuk menjalankan proyek pengembangan senjata nuklir sekaligus menghindari sanksi.

Laporan tersebut berdasarkan hasil studi terbaru yang dilakukan oleh Royal United Services Institute (RUSI), sebuah organisasi think tank pertahanan dan keamanan yang berbasis di Inggris.

Para peneliti dari RUSI mengungkapkan eksploitasi Bitcoin dan mata uang kripto lainnya melalui tindak kejahatan dunia maya telah "menyelamatkan" Korea Utara saat mereka tengah mengembangkan program senjata pemusnah massal.

Menurut Kayla Izenman, salah satu analis penelitian yang ikut menulis laporan untuk organisasi think tank tersebut, mengatakan bahwa sifat mata uang kripto yang tanpa batas menjadikannya diminati oleh para pelaku yang ingin menghindari sistem keuangan tradisional.

Baca juga: Diduga Kirim Minyak untuk Korut, Kapal Berbendera Korsel Disita

"Mengingat sejumlah besar mata uang kripto yang kita lihat dari pertukaran ini kemungkinan besar berasal dari peretasan dan operasi penambangan, cukup masuk akal untuk berasumsi bahwa uang itu secara tak langsung membiayai program senjata pemusnah massal Korut," kata Izenman kepada The Independent.

"Setidaknya, eksploitasi mata uang kripto akan memungkinkan Korut untuk bertransaksi dengan seluruh dunia dengan cara yang bertujuan untuk menghindari sanksi yang dirancang untuk mengekang pembiayaan proliferasi," tambahnya.

Sebuah laporan terpisah oleh Dewan Keamanan PBB pada Maret lalu juga telah memperkirakan bahwa Korea Utara telah mengumpulkan Bitcoin senilai 670 juta dollar AS (sekitar Rp 9,4 triliun) ditambah mata uang kripto lainnya untuk mendukung rezim.

Dilansir The Independent, Korea Utara selalu membantah tuduhan yang menyebut negara itu telah terlibat praktik kejahatan dunia maya demi menghindari sanksi.

Kendati demikian, Pyongyang telah menunjukkan minat yang besar terhadap mata uang kripto dalam beberapa tahun terakhir.

Pekan ini, Korea Utara bahkan dikabarkan telah menggelar konferensi internasional pertamanya untuk teknologi blockchain dan cryptocurrency di Pyongyang, meski media asing tidak diizinkan meliput.

Warga Israel, Jepang, dan Korea Selatan juga tidak diterima dalam acara tersebut.

Sebuah situs web yang mempromosikan acara tersebut mengklaim lebih dari 100 pakar internasional akan hadir dalam acara itu.

Baca juga: China Berencana Larang Penambangan Bitcoin

Studi terbaru tersebut menyarankan negara-negara untuk segera bertindak demi menghindari risiko sistemik yang mungkin ditimbulkan oleh Korea Utara, melalui eksploitasi mata uang kripto.

"Jika dilakukan dengan urgansi yang tepat, negara-negara di kawasan ini akan dapat menjadikan diri mereka kurang rentan terhadap risiko aktivitas mata uang kripto Korea Utara," tulis laporan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com