Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2019, 07:49 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

COLOMBO, KOMPAS.com - Ledakan bom yang terjadi di Sri Lanka pada Minggu (21/4/2019) sudah diprediksi menyusul adanya laporan dari badan intelijen asing kepada penegak hukum setempat.

Laporan yang kemudian beredar di pejabat keamanan itu muncul pada 11 Oktober, atau 10 hari sebelum ledakan bom yang terjadi di delapan titik, dan menewaskan 290 orang.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyatakan investigasi bakal dilakukan untuk mendapat penjelasan bagaimana keamanan tidak menindaklanjuti laporan itu.

Baca juga: Ungkap Kasus Serangan Bom, Sri Lanka Minta Bantuan Interpol

"Kami harus mendapat penjelasan mengapa tidak ada penanganan. Baik saya maupun menteri saya tak diberi tahu," kata Wickremesinghe dilansir Daily Mirror Senin (22/4/2019).

Ucapan Wickremesinghe nampak senada dengan Menteri Telekomunikasi Harin Fernando yang mengunggah surat itu di Twitter seraya menyerukan adanya penindakan tegas.

Ucapan Wickremesinghe menuai respons dari juru bicara kabinet Rajitha Senaratne. Dia memberikan alasan mengapa sang PM tidak mendapat informasi mengenai laporan tersebut.

Diwartakan BBC, Senaratne menuturkan Wickremesinghe tidak menerima perkembangan mengenai situasi keamanan buntut perselisihan dengan Presiden Maithripala Sirisena.

Pada Oktober 2018, Sirisena memecat Wickremesinghe dan seluruh jajaran menterinya dan mencoba melantik PM baru yang berujung kepada krisis konstitusional.

Di tengah tekanan mahkamah agung Sri Lanka, Sirisena kemudian melantik kembali Wickremesinghe. Namun, sang PM tetap dikeluarkan dari lingkaran pembahasan keamanan.

Senaratne menjelaskan, peringatan akan adanya rencana serangan bom telah mengemuka pada awal April. Media Sri Lanka mengabarkan, peringatan itu berasal dari intelijen India dan Amerika Serikat (AS).

Peringatan itu telah diterima pada 4 April. Tujuh hari kemudian, kepala polisi langsung menyebarkan memo berisi laporan tersebut kepada sejumlah divisi keamanan.

Tidak dijelaskan apakah Sirisena sudah mengetahui peringatan itu. "Pemahaman kami adalah laporan itu sudah beredar di kalangan militer dan polisi," kata penasihat presiden, Shiral Lakthilaka.

Serangan dilaporkan dieksekusi oleh National Thowheeth Jamaath (NJT), kelompok ekstremis yang diduga berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menteri Perencanaan Kota Rauff Hakeem mengatakan insiden itu adalah sebuah kegagalan kolosal intelijen. "Ini memalukan bagi kami. Sangat memalukan," keluh dia.

Baca juga: Pascaserangan Bom, Pemerintah Sri Lanka Berlakukan Status Darurat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com