Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 33 Tahun, Pria Ini Berperan Jadi Yesus untuk Sungguh Disalibkan

Kompas.com - 21/04/2019, 13:22 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber CNN

MANILA, KOMPAS.com - Selama Pekan Suci Paskah, Gereja Katolik di seluruh dunia biasanya menggelar kisah kesengsaraan dan penyaliban Yesus Kristus.

Namun, ada yang unik di Filipina. Seorang pria selama 33 tahun berturut-turut berperan sebagai Yesus untuk disalibkan pada Jumat Agung.

Melansir dari CNN, kebiasaan itu merupakan bagian dari tradisi Paskah yang kontroversial di Filipina. 

Baca juga: Apa yang Sebenarnya Bikin Penyaliban Sangat Mematikan?

Banyak orang menganggap menjalani penyaliban pada kehidupan nyata sebagai ungkapan iman mereka.

Sejak 1980-an, Ruben Enaje selalu berperan sebagai Yesus Kristus dalam kisah penyaliban dan kematian di depan kerumunan penduduk dan turis di Manila.

Selama penyaliban yang realistis ini, pemeran akan mendapatkan paku sepanjang empat inci yang tertancap di kedua tangan dan kakinya.

Kemudian dia diangkat di atas kaya salib selama lima menit. Enaje melakukan tradisi itu sebagai pengingat akan penderitaan Yesus.

Namun setelah puluhan tahun merasakan sakitnya penyaliban, dia memutuskan akan berhenti setelah tahun depan.

"Saya hanyaa ingin melakukan ini sampai tahun depan," kata pria berusia 58 tahun itu.

Pada tahun ke-33 menjadi lebih bermakna baginya karena menurut Alkitab, Yesus disalibkan pada usia 33 tahun.

Meski demikian, pejabat Katolik di Filipina telah melarang tradisi penyaliban Yesus secara realistis yang dimulai pada 1962 di negara itu.

Sejak itu, tradisi tersebut menjadi salah satu festival keagamaan yang paling mencolok secara visual.

Ribuan penonton dan turis menyaksikan pertunjukan berdarah tersebut, yang biasanya dilakukan di provinsi Pampanga.

Pejabat kesehatan negara berupaya mencegahnya, namun tidak bisa. Petugas medis pun diterjukan dalam acara tersebut untuk membantu mereka yang pingsan karena panas dan dehidrasi, atau yang membutuhkan perawatan.

Baca juga: Jadi Eksekusi Paling Brutal di Dunia, Bagaimana Riwayat Penyaliban?

Luka-luka yang diakibatkan dalam tradisi tersebut biasanya akan memakan waktu dua pekan untuk sembuh.

Selain penyaliban pada Jumat Agung, umat juga menjalankan tradisi seperti menyeret salib berat atau merangkak dengan tangan dan kaki yang berdarah di kota-kota di seluruh negeri itu. 

Sementara, yang lain berpakaian seperti perwira Romawi, membantu tradisi penyaliban secara sukarela.

Selama 33 Tahun, Pria Filipina Ini Berperan Jadi Yesus 
untuk Sungguh Disalibkan
MANILA, KOMPAS.com - Selama Pekan Suci Paskah, Gereja 
Katolik di seluruh dunia biasanya menggelar kisah 
kesengsaraan dan penyaliban Yesus Kristus.
Namun, ada yang unik di Filipina. Seorang pria selama 
33 tahun berturut-turut berperan sebagai Yesus untuk 
disalibkan pada Jumat Agung.
Melansir dari CNN, kebiasaan itu merupakan bagian dari 
tradisi Paskah yang kontroversial di Filipina. 
Banyak orang menganggap menjalani penyaliban pada 
kehidupan nyata sebagai ungkapan iman mereka.
Sejak 1980-an, Rubert Enaje selalu berperan sebagai 
Yesus Kristus dalam kisah penyaliban dan kematian di 
depan kerumunan penduduk dan turis di Manila.
Selama penyaliban yang realistis ini, pemeran akan 
mendapatkan paku sepanjang empat inci yang tertancap di 
kedua tangan dan kakinya.
Kemudian dia diangkat di atas kaya salib selama lima 
menit. Enaje melakukan tradisi itu sebagai pengingat 
akan penderitaan Yesus.
Namun setelah puluhan tahun merasakan sakitnya 
penyaliban, dia memutuskan akan berhenti setelah tahun 
depan.
"Saya hanyaa ingin melakukan ini sampai tahun depan," 
kata pria berusia 58 tahun itu.
Pada tahun ke-33 menjadi lebih bermakna baginya karena 
menurut Alkitab, Yesus disalibkan pada usia 33 tahun.
Meski demikian, pejabat Katolik di Filipina telah melarang tradisi penyaliban Yesus secara realistis yang dimulai pada 1962 di negara itu.
Sejak itu, tradisi tersebut menjadi salah satu festival keagamaan yang paling mencolok secara visual.
Ribuan penonton dan turis menyaksikan pertunjukan berdarah tersebut, yang biasanya dilakukan di provinsi Pampanga.
Pejabat kesehatan negara berupaya mencegahnya, namun tidak bisa. Petugas medis pun diterjukan dalam acara tersebut untuk membantu mereka yang pingsan karena panas dan dehidrasi, atau yang membutuhkan perawatan.
Luka-luka yang diakibatkan dalam tradisi tersebut biasanya akan memakan waktu dua pekan untuk sembuh.
Selain penyaliban pada Jumat Agung, umat juga menjalankan tradisi seperti menyeret salib berat atau merangkak dengan tangan dan kaki yang berdarah di kota-kota di seluruh negeri itu. 
Sementara, yang lain berpakaian seperti perwira Romawi, membantu penyaliban secara sukarela.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com