Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Arsenik dan Ironi Pencarian Air Bersih di Bangladesh...

Kompas.com - 18/04/2019, 23:23 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penduduk miskin di Bangladesh mengalami kematian akibat penyakit yang ditularkan dari air sumur yang mengandung arsenik atau air yang tidak bersih. Hal inilah yang mengakibatkan angka kematian anak-anak meningkat tajam.

Oleh karena itu, Pemerintah Bangladesh dan para peneliti berupaya menyelesaikan masalah air bersih ini. Pada 1970-an, sejumlah organisasi pembangunan negara Barat membantu Bangladesh dengan membangun 8,6 juta sumur untuk persediaan air bersih.

Dilansir dari Vox, hal itu merupakan upaya pembangunan berskala besar, namun akhirnya menjadi salah satu kisah bantuan paling tragis. Sebab, sumur-sumur tersebut terkontaminasi arsenik atau bahan metaloid yang terkenal beracun.

Pada 1999, setelah temuan itu, para peneliti dan Pemerintah Bangladesh meluncurkan kampanye kesehatan besar-besaran untuk memperingatkan orang-orang untuk tidak menggunakan sumur tersebut.

Namun, hal ini tidak membantu masyarakat, dan justru memperburuk keadaan bagi orang-orang yang mereka coba bantu.

Baca juga: Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Terancam Krisis Air Bersih

Menghindari arsenik, terancam penyakit lain

Akan tetapi, sebuah makalah baru yang dirilis National Bureau of Economic Research memperlihatkan bahwa masalah ini sebenarnya lebih rumit dari realita yang muncul di permukaan.

Makalah ini menjelaskan bahwa adanya arsenik di sumur-sumur Bangladesh ini berpotensi menimbulkan ancaman kesehatan.

Namun, di daerah yang disiapkan sebagai lokasi beralih dari sumur tercemar arsenik itu, angka kematian anak malah melonjak hingga 45 persen. Angka kematian orang dewasa juga meningkat.

Ternyata, alternatif yang disiapkan malah menyimpan masalah lebih buruk, yakni air tersebut terkontaminasi dengan penyakit yang ditularkan melalui air. Tidak hanya air, tapi juga terkontaminasi penyimpanan air dalam bentuk wadah di rumah, yang juga merupakan faktor utama penyebaran penyakit.

Sulit untuk menilai mana yang lebih berbahaya, air yang mengandung arsenik.

Makalah juga mengulas mengenai studi terkait air yang mengandung arsenik dalam level rendah terbilang kompleks. Namun, kandungan arsenik tetap menyimpan risiko bahaya kanker di usia tua.

Karena itu, menyarankan masyarakat Bangladesh untuk menghindari sumur air mengandung arsenik ke daerah yang menyimpan potensi penyakit itu tetap berisiko. Ancaman kematian tetap ada.

"Kami khawatir tentang hal-hal menakutkan seperti arsenik," ujar Kepala Ekonom di Departemen Pembangunan Internasional Inggris, Rachel Glennerster.

"Namun dampal sehari-hari tampaknya tidak begitu menakutkan, seperti diare, yang sebenarnya sangat besar (persebarannya)," ujar Glennerster.

Baca juga: Dua Bendungan Diharapkan Dapat Atasi Defisit Air Bersih Jakarta

Arsenik dan tingkat kematian

Arsenik sebenarnya tidak membunuh orang, namun penyakit yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi arsenik lah yang menyebabkan kematian.

Tiap wilayah Bangladesh yang berbeda, ternyata memiliki kandungan arsenik yang berbeda juga di dalam tanah.

Pada tahun 2000, rumah tangga yang terkontaminasi arsenik memperlihatkan adanya peningkatan 46 persen angka kematian anak bila dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak terkontaminasi.

Para peneliti selanjutnya melakukan penelusuran yang bisa menjelaskan lonjakan kematian anak.

Mereka menemukan satu faktor, yakni menentukan seberapa tajam angka kematian anak akan melonjak ketika orang-orang meninggalkan sumur mereka ke saluran air lain terdekat.

Hal menyedihkan, semakin jauh jaraknya maka memiliki efek drastis pada kematian anak.

"Apa yang kami temukan adalah tingkat kematian sangat bergantung dengan kedekatannya dengan air bersih," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com