Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Anggota DPR AS, Perempuan Muslim Ini Dapat Ancaman Mati Tiap Hari

Kompas.com - 16/04/2019, 15:07 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang mantan pengungsi dan perempuan muslim kulit hitam pertama yang terpilih untuk Kongres, Ilhan Omar, berhasil mewujudkan American dream dalam kemenangannya pada pemilu paruh waktu November lalu.

Meski demikian, dia menghadapi kontroversi yang dipicu oleh perkataannya sendiri dan permusuhan Presiden Donald Trump terhadapnya.

Kemenangan Omar dirayakan sebagai hal yang bersejarah. Kehadirannya di Washington berkontribusi pada Kongres yang akhirnya menjadi institusi yang lebih beragam dan representatif.

Baca juga: Ilhan Omar, Pengungsi Somalia yang Kini Jadi Anggota Kongres AS

Diwartakan kantor berita AFP, Selasa (16/4/2019), Omar sekarang menerima ancaman mati setiap hari.

Sejak disumpah pada Januari lalu, anggota Partai Demokrat asal Minnesota berusia 37 tahun itu telah menjadi pusat perdebatan tentang anti-Semitisme, diskriminasi dan peran seorang anggota kongres yang blak-blakan menantang Gedung Putih.

Pernyataan Omar mengenai dukungan politik AS untuk negara Yahudi itu dipicu oleh uang dari kelompok lobi pro-Israel, dan dukungannya yang terbuka untuk boikot serta gerakan divestasi terhadap Israel telah menyebabkan kritik vokal dari kedua sisi lorong politik.

Omar mengatakan ancaman yang dia terima semakin meningkat, akibat komentarnya yang merujuk langsung atau membalas video Trump di Twitter.

Bahkan seorang pria ditangkap pada 5 April lalu dan didakwa mengancam akan membunuh Omar

"Saya akan memasukkan peluru ke dalam tengkoraknya," demikian isi ancaman tersebut, seperti keterangan dari Omar.

Ancaman di media sosial kepadanya pun terlihat gamblang.

"Dia perlu dieksekusi," tulis seorang pengguna Twitter.

Trump secara langsung meminta Partai Demokrat untuk meninjau kembali pernyataan Omar soal anti-Semitisme.

"Para pemimpin Demokrat harus melihat ujaran kebencian yang anti-Semit, anti-Israel dan tidak berterima kasih yang telah dibuat Omar," ujarnya.

Meski disoroti Trump, sekitar 200 aktivis Partai Demokrat, guru, pejabat lokal dan pemimpin Yahudi dan Muslim menandatangani pernyataan solidaritas dengan Omar.

Sebagai informasi, Omar baru berusia 8 tahun ketika dia dan keluarganya melarikan diri dari perang saudara Somalia.

Baca juga: Kongres AS Selidiki Pemberian Pinjaman Deutsche Bank ke Bisnis Trump

Sebagai pengungsi di AS, Omar yang masih remaja kala itu tiba di kota besar Minneapolis untuk bangkit menjadi anggota Partai Demokrat dari majelis negara bagian.

Tahun lalu, dia memenangkan nominasi Partai Demokrat untuk pemilihan kongres.

"Seluruh proses ini benar-benar merupakan salah satu yang mendewasakan bagi saya," kata Omar.

"Saya bersumpah untuk menegakkan Konstitusi. Saya orang Amerika seperti orang lainnya," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com