Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Banyak PR, Anak-anak di China Kekurangan Jam Tidur

Kompas.com - 13/04/2019, 18:54 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Namun, studi juga menunjukkan jumlah pekerjaan rumah bukan satu-satunya penyebab kurangnya jam tidur ini.

Beberapa pelajar tidur terlambat karena kebiasaan buruk yang membuat mereka tak bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan efektif.

Seorang ibu asal Shanghai bermarga Zuo mengatakan, putrinya yang berusia 14 tahun baru mengerjakan PR setelah makan malam.

Alhasil, dia baru menyelesaikan semua tugasnya pada pukul 22.30 atau 23.00 tiap malam.

Baca juga: Tak Selesaikan PR Tepat Waktu, Bocah 8 Tahun di China Dihajar Sang Ayah

"Jika saya tidak mengawasi di sampingnya,dia tidak akan mengerjakan PR-nya dengan serius," kata Zuo.

Gao Xuemei mengatakan, kurang tidur bisa memengaruhi pertumbuhan anak-anak dan kemampuan mereka mengingat sesuatu.

"Hanya saat anak tidur amat nyenyak otak mereka akan mengeluarkan hormon pertumbuhan," kata Gao.

"Jika seorang anak memiliki jam tidur amat pendek, maka kemungkinan besar dia tak akan tumbuh tinggi," tambah Gao.

Para pelajar yang kekurangan jam tidur akan berjuang keras untuk mengingat atau memahami perkataan guru di kelas.

Pada akhirnya, kondisi itu akan membuat mereka lebih lambat dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.

"Lalu mereka akan tidur larut malam. Ini adalah sebuah lingkaran setan," papar Gao.

Wang Guoqing, juru bicara Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, mengatakan bahwa pada Maret tahun lalu para siswa SD dan SMP di China menghabiskan rata-rata 2,82 jam per hari untuk mengerjakan PR.

Durasi ini tiga kali lipat lebih lama dibandingkan rata-rata waktu yang dibutuhkan anak-anak lain di dunia.

Selama bertahun-tahun, otorita pendidikan nasional sudah memerintahkan agar beban pekerjaan rumah untuk anak-anak dikurangi.

Baca juga: Belum Selesaikan PR, Bocah di China Mengarang Cerita Telah Diculik

Namun, perintah itu tidak diimplementasikan dengan baik menurut Zhang Duanhong, guru besar Institut Riset Pendidikan Tinggi di Universitas Tongji Shanghai.

"Para kepala sekolah dan orang tua berharap sekolah lain mengurangi beban para siswa. Namun, mereka tidak mau melakukannya karena yakin semakin banyak PR maka para siswa memiliki keuntungan saat menghadapi ujian," ujar Zhang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com