Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Julian Assange, Tokoh Keterbukaan atau Musuh Negara?

Kompas.com - 11/04/2019, 18:31 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com - Seorang tokoh heroik yang mengkampanyekan keterbukaan atau musuh Amerika Serikat yang berusaha menghindari hukum?

Setelah satu dekade menjadi pusat perhatian, tetap saja pendiri Wikileaks Julian Assange tetap menjadi sosok yang terpolarisasi.

Pria Australia berusia 47 tahun itu, Kamis (11/4/2019), ditahan kepolisian Inggris di Kedutaan Besar Ekuador di London.

Baca juga: Cabut Suaka Julian Assange, Presiden Ekuador Disebut Pengkhianat

Assange bersembunyi di tempat itu sejak 2012 hingga pemerintah Ekuador mencabut statusnya sebagai pencari suaka.

Assange tinggal di sebuah apartemen kecil di gedung kedutaan tempatnya mencari perlindungan dari kejaran hukum.

Dia menghadapi investigasi kasus dugaan serangan seksual dan pemerkosaan di Swedia, tuduhan yang kemudian dicabut.

Dia membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya berlatar belakang politik dan khawatir dia akan diekstradisi ke Amerika Serikat.

Assange dikenal sebagai tokoh utama Wikileaks situs "whistleblower" yang kerap membuka rahasia berbagai negara di dunia.

Dia dipuja para aktivis transparansi dan anti-perang karena mengungkap kmematian warga sipil, penyiksaan, dan operasi militer rahasia dengan merilisi 500.000 dokumen terkait peran AS di perang Irak dan Afghanistan.

Namun, pemerintah Amerika Serikat menuduh Assange membahayakan nyawa banyak orang dengan mengungkap informasi tentang sumber, teknik intelijen, dan infrastruktur kunci.

Lahir di Townsville, Queensland, Australia pada 1971, Assange memiliki masa kecil yang "nomaden" karena berpindah 37 sekolah sebelum menetap di Melbourne.

Baca juga: Pendiri Situs WikiLeaks Julian Assange Ditangkap Polisi Inggris

Saat remaja, Assange menyadari bakatnya dalam meretas komputer. Dan meski dia mengaku bersalah dalam 25 kasus peretasan, Assange hanya dijatuhi hukuman denda.

Dia mendirikan Wikileaks pada 2006 dengan sejumlah aktivis dan pakar IT untuk menyediakan tempat aman bagi para "whistleblower" untuk membocorkan informasi.

Kebocoran yang paling menghebohkan muncul pada 2010 dimulai dengan video yang memperlihatkan helikopter serbu Apache milik militer AS menembak dan menewaskan dua jurnalis serta beberapa warga sipil Irak di jalanan kota Baghdad pada 2007.

Video itu kemudian diikuti lebih dari 80.000 dokumen rahasia militer AS dari perang Afghanistan dan 400.000 dokumen dari perang Irak.

Pada November di tahun yang sama, Wikileaks juga membocorkan 250.000 kabel diplomatik dari hampir seluruh negara di dunia.

Baca juga: Internet Diputus, Julian Assange Tak Lagi Pimpin Wikileaks

Assange ditahan di Inggris pada Desember 2010 dan seorang hakim memerintahkan dia diekstradisi ke Swedia.

Meski tuduhan perkosaan dicabut, Assange masih menghadapi penahanan di Inggris karena tak hadir dalam sidang setelah dibebaskan dengan uang jaminan.

Presiden Ekuador saat itu, Rafael Correa mengatakan hak asasi Assange dalam bahaya dan menawarkan perlindungan.

Namun, sang pengganti Lenin Moreno yang mulai berkuasa pada 2017 memiliki kesabaran yang lebih tipis.

Moreno menuduh Assange mencampuri urusan luar negeri. Pemerintah Ekuador juga untuk sementara memutuskan sambungan internet Assange.

Dan pekan lalu, Moreno mengatakan, Assange berulang kali melanggar persyaratan yang ditetapkan agar dia bisa tinggal di kedubes Ekuador.

Pekan ini, para pendukung Assange menuduh pemerintah Ekuador mengumpulkan ribuan foto dan video dari dalam apartemen Assange.

Pada 2016, sebuah panel PBB memutuskan Assange telah ditahan dengan sewenang-wenang.

Baca juga: Kasus Dugaan Pemerkosaan Dicabut, Julian Assange Klaim Menang

Namun, para pengkritik Assange mengatakan, kekhawatiran soal ekstradisi ke AS tidak berdasar dan menuduhnya mencoba menhindari hukum.

Di sisi lain, Assange mendapatkan dukungan dari para pendukung Donald Trump, setelah sejumlah institusi pemerintah mulai menyelidiki sang presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com