LONDON, KOMPAS.com - Seorang tokoh heroik yang mengkampanyekan keterbukaan atau musuh Amerika Serikat yang berusaha menghindari hukum?
Setelah satu dekade menjadi pusat perhatian, tetap saja pendiri Wikileaks Julian Assange tetap menjadi sosok yang terpolarisasi.
Pria Australia berusia 47 tahun itu, Kamis (11/4/2019), ditahan kepolisian Inggris di Kedutaan Besar Ekuador di London.
Baca juga: Cabut Suaka Julian Assange, Presiden Ekuador Disebut Pengkhianat
Assange bersembunyi di tempat itu sejak 2012 hingga pemerintah Ekuador mencabut statusnya sebagai pencari suaka.
Assange tinggal di sebuah apartemen kecil di gedung kedutaan tempatnya mencari perlindungan dari kejaran hukum.
Dia menghadapi investigasi kasus dugaan serangan seksual dan pemerkosaan di Swedia, tuduhan yang kemudian dicabut.
Dia membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya berlatar belakang politik dan khawatir dia akan diekstradisi ke Amerika Serikat.
Assange dikenal sebagai tokoh utama Wikileaks situs "whistleblower" yang kerap membuka rahasia berbagai negara di dunia.
Dia dipuja para aktivis transparansi dan anti-perang karena mengungkap kmematian warga sipil, penyiksaan, dan operasi militer rahasia dengan merilisi 500.000 dokumen terkait peran AS di perang Irak dan Afghanistan.
Namun, pemerintah Amerika Serikat menuduh Assange membahayakan nyawa banyak orang dengan mengungkap informasi tentang sumber, teknik intelijen, dan infrastruktur kunci.
Lahir di Townsville, Queensland, Australia pada 1971, Assange memiliki masa kecil yang "nomaden" karena berpindah 37 sekolah sebelum menetap di Melbourne.
Baca juga: Pendiri Situs WikiLeaks Julian Assange Ditangkap Polisi Inggris
Saat remaja, Assange menyadari bakatnya dalam meretas komputer. Dan meski dia mengaku bersalah dalam 25 kasus peretasan, Assange hanya dijatuhi hukuman denda.
Dia mendirikan Wikileaks pada 2006 dengan sejumlah aktivis dan pakar IT untuk menyediakan tempat aman bagi para "whistleblower" untuk membocorkan informasi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.