KOMPAS.com - Dunia mengenal Margaret Thatcher sebagai mantan perdana menteri Inggris yang berjuluk si Wanita Besi, atau Benazir Bhutto yang pernah memimpin Pakistan.
Dari semua jajaran perdana menteri negara di dunia ada satu nama yang akan selalu melekat dalam sejarah.
Dia adalah Sirimavo Bandaranaike, yang merupakan perempuan pertama di dunia terpilih sebagai kepala pemerintahan Sri Lanka.
Dengan kekuatan dominan dalam politik Sri Lanka, Sirimavo menjabat tiga periode sebagai perdana menteri. Dia juga ibu dari Presiden Sri Lanka Chandrika Kumaratunga.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Ratu Isabella II, Berkuasa di Spanyol Sejak Balita
Saat baru memimpin negeri itu, Sirimavo menghadapi era di mana perdana menteri hanya jabatan seremonial. Namun pada masa pemerintahannya, dia memegang kekuasaan sangat besar.
Sirimavo lahir dengan nama Sirima Ratwatte pada 17 April 1916 dalam keluarga yang kaya dan terkenal, Barnes Ratwatte dan Rosalind Mahawelatenne Kumarihamy.
Dia merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Lingkungan politik terasa kuat di rumahnya sejak dia masih kecil.
Ayahnya, Barnes, adalah anggota Senat dan juga Dewan Negara Ceylon.
Sirimavo juga keturunan dari keluarga Radala yang terkenal, salah satu penerus Dissawa of Natale.
Kakak-kakaknya tumbuh dengan kepribadian yang mapan di bidang politik dan lainnya di Sri Lanka.
Pada 1940, Sirimavo menikahi Soliman Dias Bandaranaike, seorang politisi senior di Partai Nasional Bersatu yang memerintah Sri Lanka, yang kemudian disebut Ceylon.
Setelah memisahkan diri untuk membentuk partainya sendiri, Partai Kebebasan Sri Lanka, suaminya terpilih sebagai perdana menteri pada 1956.
Namun duka menyelimuti Sirimavo karena tiga tahun kemudian seorang biksu membunuh suaminya.
Pembunuhan itu menciptakan krisis kekuatan yang menyebabkan kekacauan politik singkat.
Sirimavo Bandaranaike (1916-2000) was the world's first female prime minister and the matriarch of Sri Lankan politics. #WomensHistoryMonth? ? https://t.co/6E0wxukMwc, https://t.co/p93ZESMwDj pic.twitter.com/H0e5fbF6AX
— The Asian Feminist (@theasianfmnst) 28 Maret 2019
Setelah masa berkabung, Sirimavo bertransformasi dari semula seorang ibu rumah tangga yang pemalu, berubah menjadi dinamo politik.