Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Sepakat Perpanjang Sewa Dua Ekor Panda dari China

Kompas.com - 08/04/2019, 23:33 WIB
Agni Vidya Perdana

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Pemerintah Federal Australia mengumumkan akan mempertahankan dua ekor panda raksasa yang "dipinjam" dari China.

Panda raksasa bernama Wang Wang dan Fu Ni tersebut akan tetap berada di Kebun Binatang Adelaide sampai setidaknya tahun 2024 mendatang.

Keputusan mempertahankan dua ekor panda itu dibuat terlepas dari hasil pemilihan umum yang akan datan.

Meski telah mengumumkan akan mempertahankan kedua panda tersebut, namun pemerintah federal belum akan membayar dana untuk biaya pemeliharaan Wang Wang dan Fu Ni ketika perjanjian sewa kedua satwa itu berakhir tahun ini.

Di bawah kesepakatan dengan Chin, Pemerintah Australia Selatan akan menanggung biaya pemeliharaan kedua panda tersebut sebesar 3,5 juta dollar Australia (sekitar Rp 35 miliar) selama lima tahun, yang memungkinkan kedua panda itu tetap berada di Australia sampai setidaknya pada tahun 2024.

Baca juga: Jatuh ke Dalam Kandang, Gadis Kecil Ini Dikepung Tiga Ekor Panda

"Kami telah bekerja erat dengan Kebun Binatang South Australia untuk... memberikan lima tahun kepastian keberadaan mereka di sini," kata Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia Simon Birmingham.

Sebelumnya, Perdana Menteri Scott Morrison sempat mengatakan bahwa keberadaan kedua panda tersebut bukanlah prioritas.

Tetapi Menteri Utama Australia Selatan Steven Marshall mengatakan, Wang Wang dan Fu Ni telah menjadi sumber daya tarik utama pariwisata Australia Selatan selama satu dekade terakhir. Karenanya, keputusan mempertahankan kedua panda tersebut telah melalui proses negosiasi yang "rumit".

"Kami akan senang memiliki anak panda di sini, di Kebun Binatang Adelaide," ujar Marshall, dikutip ABC News Australia.

Meskipun sebelumnya banyak berharap, sejauh ini Wang Wang dan Fu Ni belum menghasilkan keturunan selama berada di Adelaide.

CEO Kebun Binatang South Australia, Elaine Bensted, mengatakan, kedua panda tersebut masih dalam usia berkembang biak.

Namun pihak kebun binatang tidak menutup kemungkinan akan mempertimbangkan mencari jantan lain untuk meningkatkan peluang kelahiran bayi panda.

"Selalu menjadi tantangan besar untuk memindahkan panda raksasa dari satu sisi dunia ke sisi lainnya. Karenanya, saya kira kedua panda tersebut akan tetap berada di sini," ujarnya.

Baca juga: China Bangun Pusat Penangkaran Panda Modern

Diplomasi Panda China

Wang Wang dan Fu Ni telah lama menjadi binatang politik, dan sering dijadikan alat oleh partai dan kelompok kepentingan lain yang ingin memanfaatkan popularitas mereka.

Kebun Binatang Adelaide mendapatkan mereka tidak lama setelah Australia setuju untuk memasok uranium ke China pada tahun 2006.

Mantan menteri luar negeri Australia Alexander Downer berperan dalam menengahi kesepakatan ini yang disambut oleh perdana menteri saat itu, John Howard.

Kedua panda ini tiba pada 2009 saat perdana menteri pengganti Howard, Kevin Rudd, juga seorang pendukung panda yang kuat.

Apa yang disebut "diplomasi panda" merupakan bagian dari strategi China yang sudah dilakukan dalam membangun hubungan dengan negara lain.

Tetapi pakar hukum internasional Griffith University Sue Harris Rimmer mengatakan, pendekatan seperti diplomasi panda ini bisa juga mendekatkan kedua negara yang memiliki perbedaan dalam masalah politik dan HAM.

Dia mengatakan pendekatan "soft power" dapat mendorong, bukannya menghambat, percakapan sulit tentang topik-topik seperti hak asasi manusia.

"Saya pikir cukup baik bahwa China terus mempercayai Australia dengan cara ini. Saya pikir penting untuk terus melakukan percakapan dengan China tentang lingkungan, tentang konservasi, tetapi juga tentang hak asasi manusia," ujarnya.

Baca juga: Panda Tertua di Dunia Rayakan Ulang Tahun Ke-36

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com