KOMPAS.com - Tempe. Makanan yang berasal dari fermentasi kedelai itu mungkin merupakan hidangan umum yang sehar-hari dijumpai di berbagai tempat di Indonesia.
Di luar negeri, tempe mungkin hanya bisa dijumpai di restoran milik orang Indonesia. Meski begitu, kini makanan berbentuk balok itu makin mendapat tempat di dunia.
Seperti misalnya Rustono. Pria asal Grobogan, Jawa Tengah, yang sukses memperkenalkan dan menjual tempe ke Jepang melalui merek Rusto's Tempeh.
Baca juga: Kisah Perjuangan Rustono King of Tempe, dari Grobogan sampai Amerika
Kemudian dalam acara kelas kreatif tempe yang diikuti KompasTravel di Bali tahun lalu, warga asing sangat menyukai makanan itu.
"Saya pertama kali mencoba tempe di Indonesia dua tahun lalu. Saya makan tempe yang ada gado-gado dan rasanya super enak," kata Ashley asal Melbourne, Australia.
Karena statusnya sebagai makanan yang cukup sulit dicari, empat mahasiswa Indonesia mempunyai ide untuk berbisnis tempat di Swedia.
Cynthia Andriani, Ellen Putri Edita, Izzan Fathurrahman, dan Giovania Kartika asal Universitas Lund itu menggagas bisnis berjuluk “Super Tempe”.
Ide mereka mendapat respon positif dari investor Swedia, di mana Izzan berkata mereka mendapat tawaran dari Sweden Food Tech, komunitas pengusaha yang fokus di teknologi pangan.
Baca juga: Menteri Perdagangan: Kita Mau Ekspor Tempe
Jauh sebelum Izzan dan kawan-kawannya mempunyai ide berbisnis tempe, sudah ada warga asing yang menjualnya ke negara asal mereka.
William Mitchell, seorang warga negara Inggris, mulai merintis usaha berjualan tempe di London pada 2013 setelah mencobanya saat bekerja di Jakarta 1995 silam.
Kemudian di Amerika Serikat (AS), sepasang suami istri di Carolina Utara memasarkan produk mereka yang diberi nama Smiling Hara Tempeh.
Kemudian sebuah perusahaan startup di Inggris mulai memasarkan tempe ke supermarket besar dengan misi memperkenalkan kuliner tersebut ke seantero Eropa.
Dilansir situs Vegan Food & Living, perusahaan bernama Plant Power menawarkan tempe dijual ke supermarket umum di kawasan Sainsbury.
Baca juga: Berkat Tempe, Mahasiswa Indonesia Pikat Investor Swedia
Semakin populernya tempe membuat organisasi peneliti pasar Hexa Research melakukan penelitian mengenai peluang pangsa pasar tempe di dunia.
Dilansir PRNewswire Maret lalu, Hexa memprediksi pasar tempe bisa mencapai 258,7 juta dollar AS, sekitar Rp 3,6 triliun, pada 2025 mendatang.