Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Saudi Dikabarkan Hampir Selesai Bangun Reaktor Nuklir Pertamanya

Kompas.com - 04/04/2019, 17:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

RIYADH, KOMPAS.com — Arab Saudi dilaporkan hampir menyelesaikan pembangunan reaktor nuklir pertama mereka berdasarka citra satelit terbaru.

Dilansir The Guardian Kamis (4/4/2019), reaktor itu berada di kota King Abdulaziz yang diperuntukkan bagi pengembangan sains dan teknologi.

Situs itu pertama kali diidentifikasi oleh Robert Kelley, mantan Direktur Inspeksi Nuklir Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Baca juga: Putra Mahkota Saudi Luncurkan Proyek Pembangunan Riset Reaktor Nuklir

Kelley menjelaskan, reaktor penelitian itu mempunyai daya 30 kilowatt yang disebut tidak jauh lagi bakal selesai dan beroperasi.

"Saya memprediksi mereka bakal selesai. Jika telah memasang atap dan listriknya menyala, dalam waktu satu tahun," tutur pejabat yang sudah mengabdi selama 30 tahun di IAEA.

Citra satelit menunjukkan adanya wadah tabung setinggi 10 meter yang menjadi tempat bahan bakar nuklir, dengan para pekerja melakukan penyelesaian akhir.

Kelley berkata tujuan utama dari pembangunan reaktor itu adalah bersifat penelitian dengan sasarannya adalah melatih calon teknisi.

Namun, dia tidak menafikan fakta lain. Karena itu sebelum bahan utama nuklir dimasukkan, Saudi terlebih dahulu harus memenuhi serangkaian prosedur.

Termasuk di dalamnya setuju mengundang pengawas IAEA untuk memastikan reaktor tersebut tidak disalahgunakan untuk memproduksi senjata.

Citra yang pertama kali dipublikasikan Bloomberg terjadi di tengah isu pemerintah Amerika Serikat (AS) menjual teknologi nuklir ke Riyadh.

Beredar laporan Kementerian Energi AS memberikan tujuh izin terhadap transfer informasi nuklir yang bersifat sensitif kepada Saudi.

Baik Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Energi Rick Perry dipanggil Kongres yang meminta penjelasan perusahaan apa aja yang terlibat dan untuk apa tujuannya.

Baca juga: AS Diduga Hendak Bagikan Teknologi Nuklir Sensitif ke Arab Saudi

Saudi bergabung dengan Perjanjian Antisenjata Nuklir (NPT) pada 1988, tetapi menyepakati aturan perlindungan IAEA pada 2005.

Pada saat yang sama, mereka membebaskan diri dari inspeksi rutin dengan meneken protokol yang dirancang bagi negara dengan jumlah bahan nuklir kecil.

Riyadh disebut selalu menentang permintaan IAEA untuk menerima kontrol ketat, dan menolak dikeluarkan dari negara dengan bahan nuklir kecil.

Thomas Countryman, pejabat di era Presiden Barack Obama, menuturkan negosiasi di masanya selalu gagal karena Saudi kerap menolak inspeksi IAEA.

"Saya yakin Saudi melihat peluang dengan Presiden Donald Trump dan menantunya (Jared Kushner)," kata Countryman yang kini menjadi Ketua Asosiasi Pengetatan Senjata.

Baca juga: Di Usia 13 Tahun, Remaja AS Ini Klaim Ciptakan Reaktor Nuklir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com