Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

51 Tahun Setelah Kematiannya, Ini Fakta Menarik Martin Luther King Jr

Kompas.com - 04/04/2019, 16:51 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Sumber History

KOMPAS.com - Martin Luther King Jr dikenal sebagai aktivis sosial yang memimpin pergerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat pada era 1950-an.

Peran Martin Luther King Jr paling dominan adalah mengakiri undang-undang pemisahan rasial antara keturunan Afrika-Amerika dengan warga kulit putih di AS, terutama di wilayah selatan.

Perjuangan dan peranannya dalam melawan praktik undang-undang pemisahan rasial itu membawanya menjadi peraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 1964.

Namun, pada 4 April 1968 dia ditembak ketika berada di balkon kamarnya, lantai dua Motel Lorraine di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat.

Ketika itu, dia memberi dukungan terhadap aksi mogok yang dilakukan para pekerja sanitasi di kota untuk memperjuangkan kesetaraan ekonomi.

Tepat 51 tahun setelah kematiannya, berikut adalah fakta menarik mengenai Martin Luther King:

1. Nama aslinya Michael, bukan Martin

Martin Luther King Jr lahir dari pasangan pendeta Martin Luther King Sr dan Alberta Williams King yang merupakan keturunan Afrika-Amerika.

Lahir di tengah keluarga pendeta membuat King Jr tumbuh sebagai anak yang religius. Namun, kehidupan masyarakat selatan AS saat itu yang masih lekat dengan rasisme membuatnya mengalami banyak pengalaman buruk.

Nama Martin yang dikenal sampai sekarang bukan nama aslinya. Nama itu didapat ketika ayahnya melakukan perjalanan ke Jerman dan menjadi terinspirasi oleh pemimpin Reformasi Protestan pada abad ke 16, Martin Lurther.

Terinspirasi oleh perjuangan tersebut, ayahnya mengubah namanya sendiri dan putranya yang ketika itu berusia 5 tahun dengan nama depan Martin.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Martin Luther King Jr, Tokoh Persamaan Hak Sipil

2. Masuk kuliah usia 15 tahun

Marin Luther King Jr bersama salah satu putranya, Martin III dan putrinya Yolanda.CORBIS/MARVIN KONER Marin Luther King Jr bersama salah satu putranya, Martin III dan putrinya Yolanda.
MLK merupakan siswa yang pintar dan selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Pada usia 15 tahun, dia berhasil lolos seleksi dan diterima di Perguruan Tinggi Morehouse.

Empat tahun berselang, MLK Jr meraih gelar sarjana sosiologi dan bergabung dengan sekolah seminari teologi Crozer di Pennsylvania. Dia kemudian melanjutkan studinya pascasarjana di Universitas Boston.

Pada tahun 1955, King Jr merampungkan studinya dan peraih gelar doktoralnya di usia yang masih sangat muda, yakni 25 tahun.

Setahun sebelumnya, King Jr juga resmi mengikuti jejak sang ayah dan menjadi pendeta di Gereja Baptis Dexter Avenue di Montgomery, Alabama.

3. Pidato fenomenal

Pada 28 Agustus 1963, Martin Luther King Jr menyampaikan pidato pada sebuah aksi demonstrasi besar-besaran yang diikuti 200.000 orang di Lincoln Memorial di Washington menjadi momen bersejarah.

Dalam pidato berjudul "I Have a Dream", Martin Luther King Jr mengungkapkan keyakinannya bahwa suatu saat setiap manusia di AS akan dapat saling bersaudara tanpa memperhatikan warna kulit.

Pidato itu membuat gelombang perlawanan yang mempertanyakan hukum yang memperlakukan warga keturunan Afrika-Amerika sebagai penduduk kelas dua.

Pada 1964, Undang-undang Hak Sipil diloloskan pemerintah federal. Undang-undang tersebut melarang adanya diskriminasi rasial di fasilitas milik publik. Pada tahun yang sama, Martin Luther King Jr menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

4. Upaya pembunuhan

Sebagai aktivis persamaan hak sipil, MLK dianggap berbahaya bagi mereka yang merasa nyaman dengan diskriminasi sosial. Pada 20 September 1958, King Jr berada di Harlem menandatangani salinan buku barunya.

Ia didekati oleh seorang wanita bernama Ware Curry. Wanita itu bertanya apakah dia Martin Luther King Jr. Setelah jawaban "ya" keluar dari mulutnya, wanita itu kemudian menancapkan pisau yang telah disiapkan kepada Martin.

Ujung pisaunya berhenti di samping aortanya (dekat jantungnya), dan Martin menjalani operasi darurat selama berjam-jam. Ahli bedah kemudian memberi tahu Martin bahwa sebelumnya ada rencana pembunuhan.

Setelah operasi tersebut, dia menjalani pengobatan selama berminggu-minggu. Namun ia tetap menegaskan terus berjuang.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pembunuhan Martin Luther King Jr

5. Pidato terakhir

King dan istrinya Coretta ScottHistory King dan istrinya Coretta Scott

Martin Luther King Jr datang ke Memphis pada bulan Maret 1968 untuk mendukung pemogokan para pekerja sanitasi Afrika-Amerika yang mendapat perlakuan sangat buruk.

Pada 28 Maret 1968, sebuah unjuk rasa buruh yang dipimpin King berakhir rusuh dan kematian seorang remaja kulit hitam.

Kerusuhan itu memaksa King meninggalkan Memphis tetapi dia berjanji akan kembali pada April untuk memimpin unjuk rasa lainnya.

Pada 3 April 1968, ia berpidato kepada audiensi di Gereja Mason Temple. Dia membicatakan mengenai kehidupaan yang sulit ke depan. Dengan penuh optimis, dia mengatakan akan tetap bersama semua orang yang berjuang melawan diskriminasi.

Sehari setelah berpidato, King tewas ditembak oleh seorang sniper. Pembunuhan King Jr lantas memicu kerusuhan di banyak kota di seluruh AS. Dia dimakamkan di Atlanta, Georgia pada 9 April 1968.

6. Keluarga tak percaya sniper bertindak sendiri

Keluarga menghadiri pemakaman Martin Luther King Jr di Atlanta, Georgia pada 1968.CORBIS/JP LAFFONT Keluarga menghadiri pemakaman Martin Luther King Jr di Atlanta, Georgia pada 1968.

Pada 1977, Dexter yang merupakan anak MLK Jr menginginkan kasus ayahnya dibuka kembali. Bahkan istrinya, Coretta Scott, berargumen bahwa terdapat mafia dan lembaga pemerintah yang melakukan pembunuhan terhadap suaminya.

Dia memuji hasil persidangan perdata 1999 yang menyebut pembunuhan itu adalah hasil konspirasi.

Namun, dari hasil Investigasi Departemen Kehakiman AS yang dirilis pada 2000 melaporkan tidak ada bukti konspirasi apa pun.

7. Ibu King juga dibunuh dengan peluru

Pada 30 Juni 1974, Alberta Williams King yang berusia 69 tahun memainkan musik pada kebaktian di Gereja Baptis Ebenezer terkena tembakan.

Seorang laki-laki bernama, Marcus Wayne Chenault Jr. bangkit dari bangku depan dan menembakkan pistolnya yang salah satunya mengenai Williams Kings.

Pria bersenjata gila mengatakan bahwa orang-orang Kristen adalah musuhnya dan meskipun dia telah menerima instruksi untuk membunuh ayah King, yang berada di dalam jemaat, dia malah membunuh ibu Raja karena dia lebih dekat.

Chenault menerima hukuman mati yang kemudian diubah menjadi penjara seumur hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber History
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com