Mengomentari kekalahan di dua kota besar ini, Erdogan mengatakan, dia lebih memilih pemilihan umum 2023.
"Kami masih memiliki waktu panjang di mana kami akan melakukan reformasi ekonomi tanpa kompromi dengan aturan pasar bebas," ujar Erdogan.
"Jika masih ada kekurangan, itu tugas kami untuk memperbaiki," ujar dia.
Lebih dari 57 juta warta Turki memiliki hak untuk memilih wali kota dan anggota dewan kota di seluruh negeri.
Kandidat oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) Mansur Yavas menang di Ankara dengan raihan 51 persen suara.
Adapun kandidat AKP Mehmet Ozhaseki hanya meraih suara sekitar 47 persen.
Di Istanbul, CHP dan AKP sama-sama mengklaim kemenangan di kota yang sejak 1994 dikuasai partai pro-Erdogan.
Komisi pemilihan umum mengatakan kandidat CHP Ekrem Imamoglu memimpin dengan selisih kurang dari 0,5 persen.
Namun, hasil penghitungan yang dikabarkan kantor berita Anadolu malah memiliki selisih lebih kecil, yaitu kurang dari 0,25 persen.
AKP mengatakan, kandidatnya di Istanbul mantan PM Binali Yildirim unggul dengan 4.000 suara.
Baca juga: Sudah Deal dengan Rusia, Turki Kini Bahas Pengiriman S-400
Yildirim kemudian mengakui keunggulan tipis rivalnya, tetapi AKP kemudian kembali mengklaim kemenangan.
Sementara itu, kota terbesar ketiga di Turki, Izmir, jatuh ke tangan oposisi.
"Rakyat sudah memilih demi demokrasi. Mereka sudah memilih demokrasi," kata pemimpin CHP Kemal Kilicdaroglu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan