Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Pelajaran Intelijen dari Israel

Kompas.com - 01/04/2019, 16:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Olmert kemudian mengirim pesan kepada Presiden Suriah Basyar Hafizh al-Assad bahwa Israel tidak akan mengakui terjadinya peledakan tersebut dan akan mengatakan kepada media bahwa Israel tidak tahu-menahu tentang itu.

Olmert sedikit berspekulasi atas kemungkinan reaksi Assad bahwa Assad akan menyepakatinya karena takut akan dipermalukan di pelataran Timur Tengah.

Yang lebih penting, jika Assad memperpanjang masalah, maka akan diketahui oleh publik global bahwa Assad memiliki reaktor nuklir.

Spekulasi Olmert ternyata berhasil. Televisi Suriah kemudian memberitakan bahwa pasukan Suriah telah menembaki beberapa pesawat Israel yang memasuki area mereka dan berhasil mengusirnya.

Satu pertanyaan muncul di kepala Olmert dan Dagan, bagaimana Suriah bisa menyembunyikan reaktor nuklir selama beberapa tahun belakangan?

Setelah informasi dikumpulkan, ternyata Suriah mengembangkan sistem jaringan komunikasi khusus yang tak tersentuh oleh jaringan elektronik. Komunikasi surat-menyurat langsung melalui dokumen tercetak dengan dukungan jaringan kurir yang rapi.

Otaknya adalah Jederal Muhamad Sulaeman. Jenderal ini adalah tangan kanan Asaad, bahkan sering diibaratkan sebagai bayangan Asaad.

Tahun 2008, Mossad mendapat kabar bahwa Asaad berniat membangun kembali reaktor nuklir dan Sang Jenderal langsung yang menanganinya.

Tak ada pilihan lain bagi Olmert dan Dagan, Sulaeman harus dilenyapkan. Tetapi tak mudah mengejar jenderal yang satu ini. Jadwalnya sangat rahasia, hanya diketahui beberapa orang. Dan di Damaskus, Sulaeman selalu dikawal ketat. Sangat tidak mungkin menghabisinya.

Pada pertengahan tahun 2008, Sulaeman diketahui sedang berada di rumah keduanya, sebuah vila di dekat pantai Kota Tirtous, Suriah.

Di sanalah Sulaeman berakhir dengan hantaman dua peluru pasukan super khusus Israel, Kidon, yang spesialisasinya memang untuk urusan bunuh-membunuh semua tokoh yang dianggap musuh Israel.

Boleh jadi, cerita di atas, yang belum lama ini dipublikasikan secara publik oleh intelijen Israel dan AS dan sempat diangkat menjadi salah satu cerita dalam salah satu acara di National Geographic bertajuk "Black Operation", sangatlah "Israel sentris".

Namun, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sana, terutama tentang sebuah negara yang dihuni oleh suku bangsa yang sempat mengalami mimpi buruk bernama Hollocaust dan berjuang untuk tetap terdepan dalam aksi-aksi preventif yang dibutuhkan untuk memberi kepastian pada keberlanjutan negaranya.

Terlepas dari rasa kebencian dan ketidaksukaan pada negara yang satu ini, pun terlepas dari rasa tak menerima dengan apa yang mereka lakukan pada banyak negara tetangganya, apa yang mereka lakukan terkait dengan cerita di atas adalah gambaran bagaimana seharusnya sebuah negara memberi peran kepada badan intelijen dan pasukan khususnya.

Intelijen bukanlah mainan untuk menakut-nakuti rakyat sendiri, bukan pula institusi untuk menambah daya ungkit elektoral penguasa dalam kontestasi, apalagi menjadi instrumen untuk ikut-ikutan latah dalam memperburuk semburan informasi menyesatkan di ruang publik.

Justru inilah catatan penting untuk negara kita di mana pembenahan badan intelijen mau tak mau harus segera dilakukan, agar selaras dengan kepentingan negara bangsa, bukan dengan kepentingan sesaat kelompok-kelompok tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com