Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Ketika Raksasa-Raksasa Asia Memilih

Kompas.com - 01/04/2019, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meskipun begitu, pemimpin Thailand yang terpilih secara demokratis – walaupun skenario ini kecil kemungkinan terjadi – mungkin memiliki pandangan yang lebih bernuansa.

Apapun masalahnya, pengunjung dari China sedang memotori peningkatan kedatangan wisatawan, dan tentu saja sang mantan jenderal akan enggan untuk mengatur ulang hubungan ini.

India dan Indonesia – keduanya adalah anggota G20 – walaupun waspada terhadap ambisi geopolitik Beijing, namun keduanya sangat bersemangat untuk menerima uang tunai dari China; terutama untuk investasi infrastruktur dan manufaktur skala besar.

Jika Joko Widodo atau Narendra Modi dikalahkan atau bahkan dilemahkan, kebijakan sangat mungkin berubah.

Namun, Modi – yang dijuluki sebagai chowkidar atau penjaga negara oleh rekan BJP-nya – sangat dipermalukan oleh penolakan China baru-baru ini untuk menegakkan sanksi terhadap Azhar Masood, ketua dari Jaish-e-Muhammad (kelompok teroris yang diakui PBB) dan diduga sebagai dalang dari pemboman Pulwama, di mana 40 tentara India terbunuh satu bulan yang lalu.

Pergeseran politik ini juga dapat menimbulkan masalah bagi rencana peluncuran jaringan 5G global dari Huawei.

Kecurigaan India terhadap tujuan China (kedua negara berbagi batas wilayah yang sangat diperdebatkan) mungkin meningkatkan tawaran lebih mahal dari Qualcomm.

Terkunci dari salah satu pasar telekomunikasi terbesar dan terpesat di dunia akan menjadi pukulan pahit. Pemerintah negara-negara ASEAN sendiri terlihat tidak khawatir, namun politik dan lobi Amerika dapat membahayakan rencana Huawei.

Melanjutkan pembahasan terkait sektor ekonomi, keempat negara yang akan menyelenggarakan Pemilihan Umum ini memiliki tingkat pertumbuhan (rata-rata di atas 4 persen per tahun) yang membuat eksportir Eropa girang.

Pada saat bersamaan, sebagai importir yang haus minyak, keempat negara secara tegas dilirik oleh produser dari Timur Tengah – dengan Saudi yang bertanggung jawab mengamankan dan mempertahankan akses pasar ini.

Penting juga untuk diingat bagaimana pihak berwenang di Indonesia memicu gelombang global ketika mereka melarang terbang Pesawat Boeing 737 Max 8.

Menariknya, pembuat kebijakan di Amerika juga dipaksa untuk mengikuti langkah Indonesia, yang menyebabkan meningginya rasa tidak percaya bagi perusahaan dan institusi AS.

Tren ini dapat direplikasi jika raksasa-raksasa Asia ini berbalik membatasi pengaruh dan keuntungan dari Google, Facebook, Amazon, dan Netflix.

Tentu saja, dalam hal ekonomi, India adalah hadiahnya. Sebagai ekonomi ketiga terbesar di dunia (dalam hal Paritas Daya Beli ), dengan tingkat pertumbuhan 6-7 persen dan Premier yang ambisius dan ekspansif, banyak yang berharap Subkontinen ini akan menjadi mesin pertumbuhan global kedua di Asia dan menyeimbangi China.

Sebagaimana demikian, India telah menggantikan China sebagai pembeli terbesar minyak sawit dan batu bara Indonesia.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com