Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Lion Mama", Perempuan yang Bunuh Pemerkosa Putrinya

Kompas.com - 31/03/2019, 17:29 WIB
Ervan Hardoko

Editor

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Nokubonga Qampi mendapat julukan "Lion Mama" setelah dia membunuh salah satu dari tiga pria yang memerkosa putrinya dan mencederai dua lainnya.

Dia didakwa dengan tuduhan pembunuhan. Namun setelah warga Afrika Selatan menuntut agar dia dibebaskan, Nokubonga bebas dari jerat hukum dan kini berfokus pada pemulihan putrinya.

Kisahnya berawal di suatu malam sunyi yang kemudian dipecahkan deringan telepon membangunkan Nokubonga dari tidurnya.

Baca juga: Pemerkosa di India Tewas Dibakar Korbannya

Dari ujung telepon, sekitar 500 meter dari kediaman Nokubonga, seorang perempuan mengatakan putri perempuan itu, Siphokazi, diperkosa tiga pria yang mereka kenal dengan baik.

Nokubonga langsung menghubungi polisi, namun tidak ada tanggapan. Lagipula, dia paham jika polisi merespon, perlu waktu bagi mereka untuk mencapai desanya di pegunungan Provinsi Eastern Cape, Afrika Selatan.

Nokubonga tidak punya pilihan lagi selain mengandalkan dirinya sendiri.

"Saya takut, namun saya terpaksa pergi karena itu putri saya," ujarnya.

"Saya berpikir bahwa ketika saya sampai di sana, dia mungkin sudah meninggal. Karena dia mengenal para pelakunya dan mereka mengenalnya, mereka mungkin berpikir untuk membunuhnya supaya dia tidak melapor," kata Nokubonga.

Sebelum pemerkosaan terjadi, Siphokazi pergi mengunjungi teman-temannya di empat rumah kecil di desa yang sama. Namun, dia ditinggalkan sendirian dalam keadaan tertidur tatkala teman-temannya keluar pada pukul 01.30 dini hari.

Tiga pria yang sedang minum-minum di salah satu rumah kemudian menyerangnya.

Ada dua ruangan di gubuk Nokubonga. Ruangan pertama adalah kamar tidurnya dan ruangan lainnya adalah dapur. Dari tempat itu perempuan tersebut mengambil sebilah pisau.

"Saya mengambilnya karena perjalanan dari sini ke tempat lokasi kejadian tidak aman. Saat itu gelap dan saya harus menggunakan senter pada ponsel saya untuk menerangi jalan," kata dia.

Nokubonga bisa mendengar jeritan putrinya ketika dia mendekati rumah tersebut. Saat memasuki kamar tidur, pancaran sinar dari ponselnya membuat dia dapat menyaksikan pemandangan mengerikan, putrinya tengah diperkosa.

Baca juga: Dua Tersangka Pemerkosa Tewas dengan Catatan Digantung di Leher Mereka

"Saya takut...Saya duduk di lantai dan bertanya apa yang mereka lakukan. Tatkala mereka melihat saya, mereka datang menyerang saya. Di situlah saya berpikir saya perlu membela diri, reaksi otomatis," tutur Nokubonga.

Nokubonga menolak merinci apa yang terjadi selanjutnya.

Nokubonga Qampi dan putrinya, Siphokazi.BBC Nokubonga Qampi dan putrinya, Siphokazi.
Hakim di pengadilan dalam kasus tersebut mengatakan kesaksian Nokubonga menunjukkan perempuan tersebut "menjadi sangat emosional" begitu melihat salah satu pria memperkosa putrinya.

Sementara dua pria lainnya berdiri dalam keadaan celana melorot hingga ke pergelangan kaki dan siap memperkosa sang putri.

Hakim Mbulelo Jolwana menambahkan, "Saya bisa memahami bahwa dia diliputi amarah."

Namun, saat menceritakan kembali kejadian saat itu, Nokubonga mengaku dirinya takut, atas keselamatan dirinya dan putrinya. Wajahnya hanya menunjukkan kesedihan dan rasa sakit.

Baca juga: Penculik dan Pemerkosa Gadis Difabel Ditangkap Saat Pesta Sabu

Menjadi jelas dalam persidangan manakala pria-pria itu menyerang Nokubonga, dia melawan balik menggunakan pisaunya.

Dia menikam mereka selagi mereka kabur, bahkan salah satunya melompat keluar jendela. Dua di antara mereka luka parah, satu lainnya tewas.

Nokubonga tidak berlama-lama untuk mencari tahu seberapa parah mereka terluka. Dia langsung membawa putrinya ke rumah seorang teman di dekat situ.

Ketika polisi datang, Nokubonga ditahan dan dibawa ke kantor polisi . Dia ditempatkan di sel tahanan.

"Saya memikirkan anak saya. Saya tidak punya informasi (tentangnya). Pengalaman waktu itu membuat trauma."

Pada saat bersamaan, Siphokazi dirawat di rumah sakit sembari mengkhawatirkan ibunya, membayangkan ibunya mendekam di sel tahanan, dan terbayang kemungkinan dia dipenjara seumur hidup.

"Saya berharap jika dia dipenjara seumur hidup di penjara, saya yang akan menggantikannya," kata Siphokazi.

Dalam keadaan masih terguncang, Siphokazi tidak mengingat penyerangan tersebut. Yang Siphokazi ketahui saat ini adalah cerita yang dikisahkan ibunya saat dia datang berkunjung ke rumah sakit dua hari setelah dibebaskan dengan jaminan.

Sejak saat itu mereka selalu memberi sokongan emosional satu sama lain.

"Saya tidak menerima konseling, tapi ibu saya bisa mendampingi saya. Saya sedang pulih," kata Siphokazi.

Upaya Nokubonga kini berfokus dalam memastikan kehidupan putrinya terus berlanjut seperti sediakala.

"Saya masih ibunya dan dia masih putri saya," ujarnya.

Baca juga: Polisi Belanda Tangkap Tersangka Pemerkosa Mahasiswi Indonesia

Mereka kini bisa berkelakar seperti, misalnya, Siphokazi tidak bisa menikah karena Nokubonga tidak punya siapa-siapa lagi untuk diurusi.

Sudah 18 bulan berlalu sejak serangan terjadi dan mereka telah menempuh perjalanan yang panjang.

Buhle Tonise, pengacara yang menjadi kuasa hukum Nokubonga, mengenang ketika ibu dan anak itu tampak menyerah ketika dia pertama kali bertemu para pelaku, sepekan setelah serangan.

"Sang ibu sangat cemas," ujar Buhle.

"Ketika Anda bertemu dengan orang yang sedemikian miskinnya, Anda akan tahu mereka merasa sang ibu akan dipenjara karena dia tidak punya siapa pun yang membela. Sistem keadilan hanya bagi mereka yang punya uang," tambah dia.

Baca juga: Polisi India Tangkap 18 Orang Tersangka Pemerkosa Bocah 12 Tahun

Selagi Buhle berbincang dengan Nokubonga, Siphokazi menatapnya tanpa suara, seolah serangan yang terjadi telah merampas kekuatannya untuk bicara.

Meskipun Buhle yakin Nokubonga dapat berargumen secara meyakinkan dirinya hanya membela diri, Buhle khawatir perlu perjuangan untuk mengatasi pesimisme Nokubonga.

Yang mereka tidak sadari adalah bantuan dari media, yang menciptakan legenda Lion Mama.

Setelah kasus ini rampung, Siphokazi memutuskan untuk melepas status anonimnya untuk memberi dorongan semangat kepada para penyintas pemerkosaan lainnya.

"Saya ingin mengatakan setelah serangan semacam itu, masih ada kehidupan. Anda masih bisa kembali ke masyarakat. Anda masih bisa menjalani kehidupan," ujarnya.

Alih-alih seperti seeekor singa betina yang digambarkan media, Nokubonga tidak menunjukkan amarah yang dahsyat.

Dia bahkan berharap para pemerkosa putrinya bisa mencapai sesuatu yang positif di masa depan.

"Saya berharap ketika mereka selesai menjalani hukuman, mereka bisa kembali sebagai orang yang bertobat atau berubah untuk menceritakan kisah mereka dan menjadi contoh hidup," ujar sang Lion Mama.

Baca juga: Buron 40 Tahun, Mantan Polisi Pemerkosa 51 Wanita Akhirnya Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com