RABAT, KOMPAS.com - Petugas keamanan menangkap seorang remaja laki-laki yang berlari ke arah iring-iringan yang membawa Raja Maroko Mohammed VI dan Paus Fransiskus.
Konvoi pada Sabtu (29/3/2019) itu melalui ibu kota Maroko, Rabat, ketika raja mengantar paus ke kota Menara Hassan.
Sebagai informasi, pemimpin Paus Fransiskus diundang Raja Mohammed VI untuk menggelar dialog antaragama.
Baca juga: Paus Fransiskus Ungkap Alasan Tolak Cincinnya Dicium Orang Lain
Gereja Katolik Roma itu melakukan kunjungan ke negara tersebut selama 27 jam untuk meningkatkan hubungan.
Diwartakan Sky News, namun seorang remaja mendekati konvoi mobil tampak membawa amplop dan menuju kendaraan yang ditumpangi Raja Mohammed VI.
Raja yang melabaikan tangan ke arah kerumunan orang daru mobilnya diyakini tidak memperhatikan kejadian itu, sedangkan Paus Fransiskus berada di kendaraan yang berbeda dengan raja.
Pria asal Argentina itu naik ke Pope Mobile miiliknya, melewati kerumunan 12.000 orang yang membawa bendera Maroko dan Vatikan.
Belum diketahui apa yang terjadi pada pria setelah berlari dan ditangkap.
Pope Francis security scare in Morocco as man sprints towards King Mohammed's car.#PopeFrancisInMorocco #5NewsAustralia pic.twitter.com/JzHxdqY37v
— 5 News Australia (@5NewsAustralia) 30 Maret 2019
Terkait dengan kunjungannya kali ini, Paus Fransiskus menyatakan dukungannya bagi komunitas migran Maroko.
Paus dan raja juga menyerukan agar Yerusalem menjadi simbol damai bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen untuk dapat beribadah secara bebas.
"Karakter multi-agama yang spesifik, dimensi spiritual dan identitas budaya tertentu Yerusalem aharus dilindungi dan dipromosikan," kata Paus Fransiskus, seperti dikutip dari AFP.
Raja Maroko mengetuai komite yang dibentuk oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk melindungi dan memulihkan warisan agama, budaya, dan arsitektur Yerusalem.
Baca juga: Mencerahkan Kulit dengan Spa ala Wanita Maroko
Berbicara pada upacara di Tour (Menara) Hassan, Raja Mohammed menyuarakan perlawanan terhadap radikalisme.
"Yang sama-sama dimiliki oleh teroris bukanlah agama, tapi justru ketidaktahuan agama," katanya.
"Sudah saatnya agama tidak lagi menjadi alibi untuk ketidaktahunan ini, untuk intoleransi," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.