Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Pengkritik Pemerintah Jadi Presiden Perempuan Pertama Slovakia

Kompas.com - 31/03/2019, 08:33 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

BRATISLAVA, KOMPAS.com - Aktivis pengkritik pemerintah Slovakia, Zuzana Caputova menjadi presiden perempuan pertama di lingkungan Uni Eropa setelah memenangkan pemilu Slovakia, Sabtu (30/3/2019).

"Mari kita mencari apa yang bisa menyatukan kita. Mari kita promosikan kerja sama di atas kepentingan pribadi," ujar pengacara lingkungan berusia 45 tahun itu usai mengetahui hasil penghitungan suara.

Caputova yang selama kampanye menggaungkan slogan "Bersatu melawan kejahatan" pada dasarnya tidak banyak dikenal sebelum mencalonkan diri sebagai presiden.

Baca juga: Kasus Pembunuhan Jurnalis, Wakil PM Slovakia Mengundurkan Diri

Caputova memenangkan 58 persen suara berkat kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan koalisi pasca-pembunuhan jurnalis yang menyelidiki skandal korupsi tingkat tinggi yang membawa negeri itu ke dalam krisis.

Caputova adalah salah satu dari puluhan ribu pengunjuk rasa yang turun ke jalanan setelah jurnalis Jan Kuciak dan tunangannya, Martina Kusnirova ditembak mati pada Februari 2018.

Kuciak akan mempublikasikan laporan adanya hubungan antara para politisi Slovakia dengan mafia Italia serta kejanggalan dalam pembayaran subsidi pertanian Uni Eropa.

Kasus ini membuat PM Robert Fico terpaksa mengundurkan diri meski tetap menjadi ketua partai berkuasa Smer-SD.

Fico juga merupakan sekutu dekat perdana menteri Slovakia saat ini, Peter Pellegrini.

Caputova, yang melepaskan keanggotaannya di partai Progressive Slovakia sebelum mencalonkan diri, berjanji untuk memperjuangkan keadilan.

"Di mata pemilih, dia adalah jawaban dari permasalahan saat ini," ujar pengamat Grigorij Meseznikov.

Selain itu, Caputova juga didukung Presiden Andrej Kiska, yang akan menyelesaikan masa jabatannya, dan Jozef Kuciak, saudara jurnalis yang tewas dibunuh.

Caputova juga mendukung hak-hak pasangan sesama jenis kelamin.

Dia berargumen, seorang anak akan lebih baik tumbuh dalam cinta bersama dua orang berjenis kelamin sama ketimbang tumbuh di panti asuhan.

Namun, Caputova juga mengakui dia tidak memiliki pengalaman dalam hal pertahanan dan keamanan.

"Saya akan mengandalkan para penasihat saya saat menangani masalah-masalah itu," ujar Caputova saat berkampanye.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com