Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Menarik Coca-Cola, dari Mitos Sinterklas hingga Tudingan Diskriminasi Rasial

Kompas.com - 29/03/2019, 15:47 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Pada awalnya, Coca-Cola hadir dalam kemasan sirup. Minuman itu dicampurkan dengan air biasa untuk bisa diminum. Barulah pada 12 Maret 1894, pemilik toko permen Joseph A Biedenharn membuat terobosan unik, menjual Coca-Cola dalam kemasan botol.

Dia melakukan negoisasi dengan pihak Cola-Cola dan mendapatkan kesepakatan atas sistem pembotolan tersebut. Minuman bersoda ini oleh Biedenharn dimasukkan botol kaca yang disebut Hutchinson.

Biedenharn memasukkan isi Coca-Cola ke dalam botol dengan tutup dari karet. Karet ini dimasukkan ke dalam leher botol dan dilengkapi dengan kawat.

Karena rasa yang dihasilkan cepat hilang, Biedenharn mengubah pembotolan dengan bentuk dan penutup yang berbeda.

Upaya ini mendorong kemajuan besar dalam teknologi pembotolan, yang meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Kali Pertama Coca-Cola Dijual dalam Botol

4. Mitos Sinterklas

Di kalangan periklanan, terdapat mitos yang mengungkapkan bahwa Sinterklas berwarna merah berkat pemasaran dan iklan Coca-Cola.

Pada awal 1930-an, ketika Coca-Cola sedang berkembang dan mencari cara untuk meningkatkan penjualan saat musim dingin, perusahaan membuat ilustrasi unik untuk mengiklankan produknya.

Ilustrator bernama Haddon Sundblom, membuat gambar Sinterklas yang memegang botol Coca-Cola, minum Coca-Cola, menerima Coca-Cola sebagai hadiah, dan menikmati Coca-Cola ketika Natal.

Ada beberapa pihak yang menilai bahwa Sinterklas meraih popularitasnya dan menjadi ikon saat Natal berkat Coca-Cola, terlebih penggunaan warna merahnya. Ada juga pendapat yang menyatakan Santa Claus merupakan ciptakaan dari perusahaan minuman tersebut.

Dilansir dari situs Coca-Cola di Inggris, perusahaan memberikan jawaban bahwa sosok Sinterklas berwarna merah sudah populer sebelum Cola-Cola menggunakannya dalam iklan.

Warna merah dan putih yang digunakan Sinterklas memang sudah ada zaman dulu, yakni sebagai warna khas Saint Nicholas sendiri.

Baca juga: Membedah Mitos Sinterklas Populer karena Coca-Cola, Ini Penjelasannya

5. Tudingan diskriminasi rasial

Pada 1920-an, Coca-Cola benar-benar mengabaikan komunitas orang keturunan Afrika-Amerika. Produk ini dipasarkan hanya untuk orang kulit putih saja.

Baliho, tulisan, hingga plakat ditujukan pada tempat atau daerah yang dihuni oleh orang kulit putih. Akibatnya, muncul persepsi bahwa Coca-Cola melakukan diskriminasi rasial.

Namun karena pesaingnya (Pepsi) melakukan promosi dengan pendekatan orang Afrika-Amerika, Coca-Cola mengubah sistem penjualannya dan memperluas kampanyenya.

6. Mesin penjual otomatis

Seiring kenaikan penjualan produknya, Coca-Cola membuat resolusi menarik dengan menjualnya memakai mesin otomatis pada 1990. Coca-Cola juga menjual dengan harga yang berbeda.

Mesin-mesin itu mulai menjadi sumber keuntungan penting bagi perusahaan.

Bahkan, Coca-Cola di Jepang sudah melakukan hal lebih modern dengan beberapa mesin penjual otomatis  mengubah harga berdasarkan suhu luar ruangan menggunakan modem nirkabel. Hal ini memungkinkan membuatnya lebih interaktif dan bersaing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com